Jakarta (ANTARA News) - Manajemen PT Mandala Airlines menegaskan komitmennya untuk segera beroperasi kembali menyusul optimisme penyelesaian restrukturisasi utang maskapai itu kepada calon investor dan mitra strategis.

"Kami ingin secepatnya (beroperasi kembali)," kata Dirut PT Mandala Airlines Diono Nurjadin menjawab pers usai pertemuan tertutup dengan agenda pemungutan suara para kreditur di Jakarta, Kamis.

Diono menjelaskan, hasil pemungutan suara itu menghasilkan dua per tiga atau sebagian besar kreditur setuju dengan opsi konversi saham.

"Hasil hari ini (24/2), kami mendapatkan dukungan mayoritas dari kreditur untuk melanjutkan perdamaian dengan opsi konversi saham," katanya.

Ia menjelaskan, selanjutnya pihaknya akan meminta pengesahan dari majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, 2 Maret mendatang.

"Setelah itu, proses restrukturisasi akan diteruskan. Prosesnya simultan antara investor keuangan dengan mitra strategis," katanya.

Diono tetap enggan membuka siapa calon investor mitra strategis. "Ada beberapa," katanya.

Sementara itu, pengurus yang ditunjuk Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk kasus Mandala, Duma Hutapea, mengatakan, proposal perdamaian Mandala kepada kreditur diterima bila memenuhi kuorum 50 persen ditambah satu kreditur yang hadir pada pertemuan tertutup hari ini (24/2), serta dua pertiga total tagihan menyetujui itu.

"Sidang kali ini, kuorum terpenuhi," katanya.

Duma menjelaskan, dari 345 kreditor yang hadir, 304 di antaranya setuju dengan proposal perdamaian yang diajukan Mandala, 37 menolak, 3 suara abstain dan satu suara tidak sah.

Sedangkan dari total tagihan kreditur yang hadir sebanyak Rp2,366 triliun, sekitar Rp1,67 triliun yang setuju atau 70,58 persen dari total tagihan. "Voting disetujui dan sesuai dengan undang-undang," ujar Duma.

Hasil keputusan tersebut akan dibawa ke majelis Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang akan dilaksanakan pada 2 Maret mendatang.

"Konsekuensi diputuskan dalam sidang nanti. Jika tidak ada hal yang memberatkan, Mandala dapat terbang kembali," katanya.

Duma tak menduga perusahaan penyewaan pesawat yang jumlah utangnya besar malah menyetujui proposal perdamaian.

Sebelumnya dia khawatir perusahaan itu bakal menolak perdamaian. "Lessor itu di antaranya Rolls-Royce, IEA paling banyak senilai Rp697 miliar, SIAEC, Naviter senilai Rp235 miliar," katanya.

Kerjasama Lain

Sementara itu, Kuasa Hukum salah satu kreditur yang menolak konversi saham itu, Lufthansa, Heber Sihombing, pihaknya adalah salah satu dari 37 kreditur yang menolak konversi saham itu karena menawarkan kerjasama lainnya dengan Mandala.

"Kami menarwarkan kerjasama lain seperti mitra strategis dengan Mandala," kata Heber.

Kewajiban Mandala kepada Lufthansa, menurut Heber, sekitar Rp89 miliar

Kreditur lain yang bersetuju dengan konversi saham, Nein Rafles Siregar dari PT Muladatuk, menyatakan, opsi konversi saham adalah yang terbaik. "Jika dipailitkan, para pihak sering dapat pepesan kosong. Jika konversi saham, utang kita terbayar dan Mandala beroperasi kembali," kata Nein.

Mandala menghentikan operasi sementara sejak 13 Januari 2011 karena kesulitan keuangan dan demi mempertahankan layanan prima yakni penerbangan dengan tingkat keselamatan dan keamanan (Safety) yang tinggi.

Mandala adalah satu-satunya maskapai swasta nasional yang punya hak terbang ke Eropa dan telah mempunyai sertifikat IATA Operational Safety Audit (IOSA). Pemilik IOSA lainnya di Indonesia adalah PT Garuda Indonesia Tbk.

(E008/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011