Istambul (ANTARA News/Reuters) - Rakyat Libya akan mengangkat senjata melawan kekuatan Barat jika mereka berusaha menegakkan daerah larangan terbang di wilayah udara negara itu, kata Muammar Gaddafi.

Inggris dan Amerika Serikat membahas daerah larangan terbang dukungan antarbangsa sebagai rencana darurat jika Gaddafi menolak mundur dalam menanggapi pemberontakan "rakyat", yang meletus pada pertengahan Februari.

"Jika mereka mengambil keputusan itu, maka akan berguna untuk Libya, karena rakyat Libya akan melihat kebenaran bahwa yang mereka inginkan adalah mengendalikan Libya dan mencuri minyaknya," kata Gaddafi dalam wawancara disiarkan saluran berita negara Turki TRT pada Rabu.

"Maka rakyat Libya akan mengangkat senjata melawan mereka," kata Gaddafi. Wawancara itu dilakukan dalam bahasa Arab dan disiarkan dengan terjemahan bahasa Turki.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri Inggris David Cameron dalam hubungan telepon sepakat memajukan terus rencana, termasuk di NATO, tentang ragam penuh kemungkinan tanggapan, termasuk pengawasan, bantuan kemanusiaan, embargo senjata, dan daerah larangan terbang.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menjelaskan bahwa Washington meyakini setiap keputusan untuk memberlakukan daerah larangan terbang di atas negara gurun penghasil minyak itu adalah masalah Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sebaiknya bukan prakarsa pimpinan negara adidaya tersebut.

Gaddafi mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa pemberontakan itu diilhami pegaris keras asing Al Qaida, yang membayar pemuda dan membebaskan tahanan untuk berperang bersama mereka.

Ia menyatakan media dan pemerintah Barat tertipu oleh propaganda Al Qaida untuk percaya bahwa pasukan pemerintah melakukan kekerasan pada rakyat Libya.

"Saya pasti gila menembaki pengunjuk rasa damai. Saya tidak akan pernah melakukan itu. Saya tidak akan pernah mengizinkan siapa pun ditembak," katanya dalam wawancara dengan televisi Prancis LCI.

Pegiat hak asasi manusia memperkirakan lebih dari 1.000 orang tewas sejak pemberontakan dimulai pada tengah Februari.

Gaddafi juga mengeluhkan bahwa Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa melewati alurnya sendiri untuk bertindak cepat terhadap Libya.

Saat kembali ke tuduhan bahwa Al Qaida harus disalahkan atas kekerasan itu, Gaddafi mengatakan masyarakat antarbangsa harus menyadari akibatnya.

"Dunia akan mengubah sikapnya terhadap Libya, karena ketenangan Libya berarti keamanan laut Tengah. Akan menjadi bencana besar jika Al Qaida mengambil alih Libya," kata pemimpin Libya itu kepada TRT.

"Al Qaida akan membanjiri Eropa dengan imigran. Kamilah yang mencegah Alqaida mengambil alih kendali. Mereka akan menyeret seluruh kawasan ke kekacauan. Al Qaida akan mengambil alih Afrika Utara," katanya.

Suara tembakan meriam dan empat ledakan besar terdengar pada Rabu pagi dari barat kota minyak terkuasai pemberontak, Ras Lanuf, tempat pemberontak bersenjata ringan berusaha menduduki Bin Jawad, sekitar 30 kilometer dari sana.

Pesawat terbang rendah, tapi tidak melancarkan serangan.

Pemberontak menyatakan pasukan mereka berada 20 kilometer di barat Ras Lanuf, sementara pasukan pemerintah belum beranjak dari Bin Jawad, tempat juru bicara pemberontak pada Selasa menyatakan mereka sudah masuk.

Dari Zawiyah, sebelah barat Tripoli, mantan pejabat, Murad Hemayma, menyatakan Gaddafi ingin mengambil alih kota itu pada Rabu setelah beberapa hari pengepungan, yang merenggut banyak korban rakyat.(*)
(B002/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011