Diharapkan melalui kegiatan ini ekspor produk perhiasan serta mamin Indonesia pascapandemi akan mengalami peningkatan signifikan
Jakarta (ANTARA) - Para pelaku usaha yang mengikuti misi dagang yang digelar Kementerian Perdagangan pada ajang Expo 2020 Dubai, Uni Emirat Arab, optimistis ekspor perhiasan akan melejit dalam waktu yang tidak terlalu lama.

“Misi dagang UEA bertujuan memperkuat penetrasi pasar Timur Tengah dan juga membangun jejaring bisnis dengan menghadirkan pelaku usaha Indonesia. Diharapkan melalui kegiatan ini ekspor produk perhiasan serta mamin Indonesia pascapandemi akan mengalami peningkatan signifikan,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi di Dubai, Senin.

Kementerian Perdagangan menggelar kegiatan misi dagang untuk memperkuat pasar Timur Tengah dan Kawasan Teluk, khususnya UEA. Kegiatan itu disambut sangat optimis oleh pelaku usaha perhiasan dan makanan-minuman (mamin).

Kegiatan ini, merupakan hasil kerja sama Kemendag dengan Kedutaan Besar RI di Abu Dhabi, Konsul Jenderal RI Dubai, dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Dubai. Misi dagang terdiri kegiatan forum bisnis dan penjajakan kerja sama bisnis (bisiness matching).

Forum bisnis RI-UEA dibuka oleh Duta Besar RI untuk UEA Husin Bagis dan diikuti 60 peserta terdiri dari perusahaan Indonesia, buyer, diaspora Indonesia, asosiasi, serta perwakilan pemerintah.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Perhiasan Indonesia (APPI) Eddy Yahya berharap ekspor produk perhiasan Indonesia ke UAE dapat meningkat tiga kali lipat pada 2025.

“Terutama, jika perjanjian ekonomi komprehensif Indonesia dan UEA (IUAE-CEPA) dapat ditandatangani dan diimplementasikan pada 2022,” katanya.

Sedangkan, Chairman Dubai Gold and Jewelry Group Tawhid Mohammad Taher Abdulla Al Mohadi mengharapkan peningkatan suplai produk perhiasan Indonesia ke UAE.

Menurutnya, suplai saat ini terhitung masih kecil dibanding kebutuhan UAE akan emas. Pihaknya berharap Pemerintah Indonesia turut mendorong peran pelaku usaha dalam mempromosikan produk melalui pameran serta kegiatan promosi lainnya.

Sementara itu, pada kegiatan business matching terjadi kesepakatan beberapa kesepakatan dagang. Ini ditandai dengan empat penandatanganan nota kesepahaman (MoU) untuk produk perhiasan emas dengan nilai total 180 juta dolar AS untuk suplai selama setahun.

Didi menambahkan, UEA merupakan pasar potensial untuk perhiasan dan emas Indonesia karena merupakan hub untuk pasar lainnya. Namun, dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan karena adanya pandemi akibat kebijakan pembatasan di masing-masing negara.

“Melalui penandatanganan MoU ini diharapkan menjadi upaya awal bagi pemulihan ekspor produk perhiasan Indonesia kedepan,” pungkasnya.

Pada 2020, total perdagangan kedua negara mencapai 2,9 miliar dolar AS. Sementara pada periode Januari-Augustus 2021, total perdagangan kedua negara tercatat sebesar 2,41 miliar dolar AS.

Pada periode tersebut, ekspor Indonesia ke UEA sebesar 1,12 miliar dolar AS naik sebesar 33,93 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 833,79 juta dolar AS. Sedangkan impor Indonesia dari UEA senilai 1,29 miliar dolar AS atau naik 20,96 persen dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 1,07 miliar dolar AS.

Produk utama ekspor nonmigas Indonesia ke UEA, antara lain minyak sawit, perhiasan, pipa besi dan tabung, kendaraan bermotor, dan kain sintetis.

Baca juga: Kerajinan perhiasan Indonesia dipamerkan di Singapura
Baca juga: Kemenperin: IKM perhiasan catat lonjakan ekspor ke AS hingga 37 persen
Baca juga: Kemenperin bantu IKM perhiasan agar tetap jadi andalan ekspor


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021