Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A Sarwono menegaskan bahwa penguatan nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp8.700 per dolar AS belum mengganggu daya saing produk ekspor Indonesia ke luar negeri.

"Beberapa hari ini Rupiah cenderung menguat mendekati Rp8.700 per dolar AS namun rata-rata masih Rp8.900 per dolar AS sehingga masih kompetitif. Penguatan ini berlangsung bersamaan secara global di negara-negara Emerging Market dan regional, sehingga tidak mengganggu daya saing," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Dijelaskannya, BI tetap menggunakan sistem nilai tukar yang mengambang bebas sehingga nilai rupiah ditentukan oleh pasar sesuai dengan kekuatan fundamental suplai dan permintaan.

"BI memberi ruang penguatan karena fundamental kita kuat dengan inflow yang meningkat tertarik oleh prospek ekonomi dan minat investasi ditunjang oleh kenaikan rating yang akan menjadi investment grade," katanya.

Namun, Hartadi menambahkan bahwa BI akan menjaga agar tidak terjadi penguatan yang terlalu cepat, dengan menjaga volatilitas rupiah.

Dikatakannya, sepanjang penguatan nilai tukar terjadi bersama-sama dengan negara-negara lain di kawasan, maka tidak perlu terlalu khawatir.

"Namun BI akan jaga agar tidak menguat terlalu cepat melebihi penguatan mata uang lain khususnya mata uang negara pesaing," katanya.

Dia mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak awal 2011 terus menguat dan telah menyentuh posisi 8.712 per dolar AS pada Selasa ini.

BI telah menegaskan kebijakannya untuk mengakomodir penguatan nilai tukar rupiah pada tahun ini mengingat terus membaiknya fundamental ekonomi nasional dan juga sebagai upaya menahan inflasi yang berasal dari barang-barang impor.

(D012/S019)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011