Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Selasa menuduh orang kuat Pantai Gading Laurent Gbagbo menggunakan "para pejahat untuk tetap berkuasa" tetapi mengenyampingkan intervensi militer di negara itu.

"Anda dapat melihat situasi di sana di mana...presiden terdahulu kalah dalam pemilu," kata Obama tentang Gbagbo yang tetap mempertahankan kekuasaannya kendatipun kalah menghadapi pesaingnya Alassane Ouattara dalam pemilihan November tahun lalu.

"Ia kini menggunakan para penjahatnya yang kejam untuk berusaha tetap berkuasa dan mengintimidasi oposisi dan presiden terpilih," kata Obama dalam wawancara dengan stasiun televisi NBC.

Ketika ditanya mengapa situasi di Pantai Gading berbeda dengan pemberontakan di Libya, Obama mengatakan, "Kami menerapkan seluruh kekuatan diplomatik dan berusaha bekerja sama dengan negara-negara Afrika dan tetangga-- untuk mengucilkan para penjahat ini, mendesak dia mundur, untuk menekan dia."

"Ada seluruh cara yang digunakan. Tetapi tidak berarti bahwa jalan militer adalah salah satu yang akan digunakan."

Pasukan yang mendukung Ouattara merebut kota-kota penting dalam satu serangan besar-besaran, Selasa, yang menyebabkan Gbagbo mengusulkan gencatan senjata.

Ouattara pekan lalu menolak pilihan Uni Afrika mantan menteri luar negeri Cape Verde Jose Brito untuk menjadi penengah guna mengakhiri konflik itu, denga alasan ia memiliki hubungan dekat dengan Gbagbo.

Aksi kekerasan berkaitan dengan hasil pemilihan presiden itu menewaskan sedikitnya 460 orang dengan satu juta orang meninggalkan rumah-rumah mereka, kata data PBB.

Pemilihan presiden 28 November bertujuan untuk menyatukan kembali Pantai Gading setelah terbagi dua tahun 2002 akibat usaha kudeta yang gagal terhadap Gbagbo yang menghasilkan pijak pemberontak menguasai wilayah utara dan Gbago menguasai wilayah selatan.

Beberapa usaha untuk mencari penyelesaian diplomatik dan meyakinkan Gbagbo untuk mundur mengalami kegagalan.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011