Surabaya (ANTARA News) - Bank Jatim menunda penawaran saham perdana kepada publik (initial public offering/IPO) yang seharusnya dilakukan pada Oktober 2011 hingga keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada April 2012.

RUPS Luar Biasa yang diikuti Gubernur Jatim Soekarwo, bupati/wali kota selaku pemegang saham, jajaran direksi, dan komisaris di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis, memutuskan penundaan itu karena menunggu modal disetor oleh pemegang saham.

"Kami berharap pada akhir 2011 ada penambahan modal disetor sekitar Rp400-450 miliar sehingga pada 2012 Bank Jatim sudah siap melakukan IPO," kata Gubernur.

Dia membantah bahwa penundaan IPO itu akibat pengunduran diri Direktur Pemasaran Bank Jatim Sjamsul Arifin menjelang Gubernur Jatim mengangkat Direktur Kepatuhan Hadi Sukrianto sebagai Direktur Utama menggantikan Moeljanto.

"Tidak ada kaitannya dengan itu. Penundaan IPO ini karena kami ingin ada penataan permodalan di Bank Jatim," kata Gubernur mengenai rumor mundurnya penggagas IPO Bank Jatim itu.

Menurut dia, tambahan modal itu akan diupayakan dalam perubahan anggaran keuangan (PAK) APBD Jatim dan kabupaten/kota tahun 2011 sesuai kesepakatan para pemegang saham.

Komisaris Utama Bank Jatim, Moeljanto, mengatakan bahwa proses menjadi perusahaan terbuka bagi BUMD yang mayoritas sahamnya dimiliki Pemprov Jatim itu akan diputuskan dalam RUPS April 2012.

"Mudah-mudahan pada Oktober 2012 IPO sudah bisa dilakukan," kata Moeljanto yang sudah empat tahun menjadi Dirut Bank Jatim itu.

Ia menyebutkan bahwa saat ini jumlah modal disetor sebesar Rp800 miliar. "Dengan tambahan modal baru dari para pemegang saham itu, maka total modal disetor bisa menjadi Rp1,2 triliun. Harapannya proses setor modal ini akan direalisasikan hingga akhir 2011," katanya.

Direktur Utama Bank Jatim Hadi Sukrianto mengatakan proses penambahan modal disetor itu dilakukan untuk menjaga rasio kecukupan modal.

"Upaya penambahan modal disetor itu untuk menjaga CAR (capital adequacy ratio/rasio kecukupan modal) yang saat ini tercatat 19,4 persen. Ini penting agar bila ada proses ekspansi usaha, CAR-nya bisa dipertahankan dan tidak naik," kata mantan Direktur Kepatuhan Bank Jatim.
(M038)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011