Jakarta (ANTARA News) - Bila persepakbolaan Indonesia hancur oleh segelintir elite karena egoisme, mereka layak mempertanggungjawabkan dihadapan masyakat Indonesia, utamanya pencinta sepakbola tanah air.

Demikian dikatakan oleh anggota Komisi X DPR RI Muhammad Hanif Dakhiri kepada antaranews.com, Jakarta, Sabtu menanggapi dihentikannya Kongres PSSI di Hotel Sultan, Sabtu malam.

"Saya tidak berharap kegagalan Kongres PSSI itu membuat Indonesia dihukum FIFA. Kalau sampai dihukum, orang-orang itu layak untuk dimintai pertanggungjawaban. Mereka lah yang bertanggungjawab terhadap hancurnya sepakbola nasional," kata Hanif.

Ditambahkan, para elite sepakbola yang egois tersebut sebaiknya sadar diri dan harus memahami apa yang akan terjadi di kemudian hari.

"Dihukum FIFA itu gak bisa disepelekan. Dampaknya akan luar biasa bagi sepakbola secara keseluruhan. Nasib para pemain akan tidak jelas. Begitu juga dengan stakeholder sepakbola yang lain. Sementara negara lain sepakbolanya bergerak menjadi industri, kita justru sebaliknya mandeg dan pada gilirannya akan hancur. Untuk bangkit lagi, tak semudah membalik telapak tangan," kata dia.

Dan yang jelas, tambah Hanif, kalau sampai kena sanksi FIFA, Indonesia akan mempermalukan diri sendiri di depan peserta SEA Games.

"Masak tuan rumah gak bisa main. Apa ini tidak dipikirkan oleh mereka yang terus menerus ribut itu?" tanya Hanif.

Oleh karenanya, dirinya meminta agar para elite sepakbola  untuk bisa mengedepankan kepentingan yang lebih besar, kepentingan bangsa dan sepakbola itu sendiri.

"Jangan merasa benar sendiri dan memaksakan kehendak. Sekarang harus segera dicari cara agar Indonesia tidak  dihukum FIFA dan memiliki lebih banyak waktu untuk menyelesaikan kemelut PSSI. Pemerintah perlu mengintensifkan proses fasilitasi dalam hal ini dan semua pihak harus mendukung," imbaunya.

Yang pasti, dirinya menyesalkan dan sangat prihatin dengan gagalnya Kongres PSSI semalam. Kongres yang semestinya jadi momentum kebangkitan persepakbolaan nasional itu justru mempertontonkan ketidakdewasaaan elite-elite sepakbola Indonesia.

"Sepertinya nggak ada lagi yang namanya nasionalisme kalau kita lihat sepak terjang elit-elit sepakbola kita itu. Yang lebih menonjol adalah egoisme pribadi maupun kelompok yang justru akan menghancurkan persepakbolaan kita," sebut politisi PKB itu.

Berbeda dengan founding father dulu. Mereka bisa mencapai kesepakatan untuk hal-hal yang sifat ideologi dan prinsipil bagi dasar negara Indonesia.

"Masak iya sih cuma memilih Ketum PSSI saja nggak bisa! Miris rasanya melihat perkembangan bangsa ini. Dulu, the founding fathers kita bisa mencapai kompromi untuk soal-soal ideologis dan prinsipil seperti bentuk dan dasar negara. Lha kok sekarang soal Ketum PSSI  saja berantem terus. Gimana sepakbola kita bisa maju kalau pengurus bolanya justru jadi urusan?" kata Hanif.(*)
(Zul/R009)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011