Cannes, Prancis (ANTARA News) - Fitnah atau bijak keputusan menjadi pertanyaan penonton, pengulas dan pelaku film di festival film Cannes pada akhir pekan setelah pengusiran mendadak sutradara Denmark Lars Von Trier.

Pergelaran tahunan film itu merupakan yang terbesar dan terkenal di dunia sebagai surga suara merangsang seperti milik Von Trier.

Tapi, penyelenggara jelas memutuskan sutradara berusia 55 tahun itu melewati batas ketika bercanda kepada pers dunia pada Rabu bahwa ia Nazi, yang bersimpati pada Hitler.

Saat festival itu menumpas Von Trier dalam waktu 24 jam, dengan mencabut akreditasinya, tanggapan orang terbelah di pantai Riviera, yang terkenal dengan jajaran pohon palemnya.

"Saya menentang keputusan tersebut. Semua orang di sini tidur dua jam dan siapa pun bisa mengatakan hal bodoh dalam jumpa pers. Ia minta maaf dan itu sudah cukup," kata pembuat film berusia 20-an tahun Christophe Monsourian.

Pada jumpa pers kacau pada Rabu, Von Trier, di Cannes untuk berbicara tentang filmnya "Melancholia", meluncurkan ke dalam monolog berkepanjangan tentang warisan Yahudi/Jerman-nya sebelum membuat pernyataan itu, yang memaksanya keluar.

Ia dengan bercanda mengaku Nazi, sedikit bersimpati pada Hitler, menganggap Israel "rasa sakit di pantat" dan menyatakan kalimat "solusi akhir bagi wartawan".

Saat pernyataan Von Trier menjadi berita utama di surat kabar dan laman di seluruh dunia, dewan direksi Cannes segera mengadakan pertemuan, yang tegang, yang memutuskan mengeluarkannya, mengahiri hubungan baik dengan festival itu.

Tapi, film "Melancholia"-nya tetap bersaing.

Kabar itu, yang diumumkan dalam pernyataan lewat E-mail, cepat menyebar dan menguasai acara pada 11-22 Mei itu saat mencapai puncaknya.

Pendapat umum beragam tentang apakah festival itu melakukan hal benar atau tidak.

Jason Solomons, ketua Lingkaran Pengulas Film di London, di Cannes menyatakan mendukung keputusan tersebut dan berdalih bahwa penyelenggara seharusnya melakukan lebih dari itu.

"Saya pikir, filmnya juga harus dikeluarkan," katanya kepada kantor berita Inggris Reuters.

Ia menyatakan kecenderungan melihat seni, bukan senimannya, tapi dalam hal itu keduanya tak terpisahkan.

"Anda tidak dapat bergurau tentang Holokus (bencana Yahudi pada Perang Dunia II). Anda harus sungguh-sungguh memperhatikannya," katanya, "Saya tidak tersinggung sebagai orang Yahudi, saya tidak tersinggung dalam semiotika, tidak Semit."

Yang lain bersikap sebaliknya, dengan menyatakan masalah itu dibesar-besarkan.

"Itu sangat munafik," kata Francois Peyroux, mahasiswa perfilman di sekolah FEMIS di Paris.

"Mereka mengalami kesulitan dengan yang dikatakannya, karena tidak benar secara politik, tapi bagi saya, itu tidak kurang menyenangkan daripada pesta kapal pesiar dan uang dibuang di sini," katanya.

Di Cannes biasa berkembang kontroversi dan skandal, seperti ketika Von Trier membawa film ultra-kekerasan, nyata secara seksual "Antichrist"-nya ke festival itu dua tahun lalu, yang memicu ejekan pada penyaringan pers.

"Von Trier adalah jenius. Ia benar-benar membuat marah setiap pertemuan perfilman dan kita perlu pembuat film seperti dia di Cannes," tambah Monsourian.

Pada tahun ini, pujian sebagai festival bernilai, tempat kekuatan bintang bertemu dengan mutu film persaingan, Cannes dalam bahaya diingat untuk satu dan satu-satunya hal, pengusiran memalukan Von Trier. (B002/AK/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011