Rome (ANTARA News) - Krisis utang di Yunani, Irlandia dan Portugal bisa "berdampak sistemik signifikan" terhadap zona euro, kata Ketua Bank Sentral Italia Mario Draghi, yang siap memimpin Bank Sentral Eropa (ECB), Selasa.

"Dalam zona euro, krisis utang pemerintah di tiga negara itu, yang semuanya mencapai enam persen dari PDB zona, berpotensi mendorong pengaruh sistemik yang signifikan," kata Draghi pada konferensi bank sentral.

"Persatuan ekonomi dan moneter Eropa sedang menghadapi ujian tersulit sejak didirikan," tambah Draghi, menunjuk Yunani, Irlandia dan Portugal yang telah menyetujui paket bailout senilai puluhan miliar euro (dolar).

"Pengamatan mendalam menyangkut kebijakan anggaran nasional Eropa, yang terlemahkan pertengahan dekade silam dengan inisiatif terbesar tiga negara, memperlihatkan dirinya sendiri menginginkan keadilan ketika hal itu merupakan hal yang paling esensial," katanya.

Apabila peraturan pakta stabilitas Eropa dihormati sampai ke detailnya, rasio utang publik dibanding produk domestik bruto pada hari krisis akan berada di posisi 10 persentase poin kurang dalam zona euro, katanya.

"Tidak ada jalan pintas," Draghi memperingatkan, meminta pemerintah agar mengendalikan keuangan publik dengan lebih ketat.

"Dukungan finansial dari pemerintah lain di zona euro dibutuhkan untuk negara-negara agar meneruskan koreksi sementara dilindungi dari gejolak pasar. Ini bukan transfer fiskal antar negara," katanya.

Draghi mengatakan terserah kepada ECB untuk "memastikan stabilitas harga dalam jangka menengah". "Bukan risiko mutlak ataupun ketergantungan patologis sejumlah bank pada pendanaan ECB dapat mengalihkan dari tugas ini," tambahnya.

Draghi, mantan profesor ekonomi dan bankir investasi Goldman Sachs yang mengatur serangkaian reformasi finansial global, telah ditetapkan sebagai kepala Bank Sentral berikutnya menggantikan Jean-Claude Trichet.

Dia secara formal akan diresmikan dalam pertemuan tingkat tinggi Uni Eropa Juni.

Terhadap pemulihan lamban di Italia, Draghi mengatakan pemerintah harus fokus pada peningkatan pertumbuhan dengan mengatasi masalah produktivitas rendah, pasar tenaga kerja lemah serta peningkatan infrastruktur dan sistem pendidikan.

Gubernur bank sentral itu mengatakan target pemerintah untuk mencapai keseimbangan anggaran sebelum 2014 adalah "tepat" namun ia memperingatkan menolak pemotongan anggaran yang "seragam" karena dapat menggerogoti pemulihan yang sudah lemah, demikian AFP melaporkan. (ANT/K004/R009)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011