Denpasar (ANTARA News) - Presiden Republik Demokratik Timor Lorosae (RDTL), Kay Ralla Xanana Gusmao, menjamin bahwa hubungan diplomatik negerinya dengan Republik Indonesia tidak akan terganggu lantaran insiden penembakan warga Indonesia di perbatasan kedua negara. "Saya kira hubungan kedua negara tidak terganggu," katanya kepada pers ketika dicegat di Hotel Patra Bali, Tuban, Bali, Rabu. Kedatangan Xanana ke Bali dan menginap di hotel tersebut dalam rangkaian dirinya bersama rombongan transit dalam perjalanannya menuju New York, Amerika Serikat (AS). Sekretaris pribadi Presiden Xanana, Lusitania Lopes, mengatakan bahwa kepala negaranya pada pukul 20.00 Wita hari yang sama akan melanjutkan perjalanan menuju Singapura, dan selanjutnya terbang ke New York. Xanana yang terlihat enggan diwawancarai dan terburu-buru menuju kamar tempat menginapnya, hanya bersedia menjawab pertanyaan pers sepotong-sepotong kalimat. Ia mengatakan, kasus penembakan warga RI sudah dibicarakan di antara kedua negara, dan langkah-langkah penegakan hukum sudah dilakukan. Ketika ditanya pers mengenai bentuk langkah hukum apa yang diambil pemerintahnya, Xanana menjawab singkat, "Hukum bukan saya yang mengurus dan tergantung pada badan hukum. Di sistem kami, presiden tidak campur tangan." Pada Jumat (6/1), tiga dari lima Warga Negara Indonesia (WNI) tewas ditembak di Sungai Malibaka, perbatasan Kabupaten Belu dengan Distrik Bobonaro, Timor Timur (Timtim), yang diduga dilakukan oleh polisi patroli perbatasan negeri yang merdeka pada 2001 itu. Ketiga warga yang tewas adalah Candido Mariano (23), Jose Mauhorte (38), dan Stanis Maubere (48). Ketiga korban tersebut ditembak di Patroli Perbatasan Timtim (UPF) di garis koordinasi teknis (Technical Coordinating Line/TCL) di Sungai Malibaka, sekitar 25 kilometer dari Atambua. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006