Jakarta (ANTARA News) - Pasar global yang negatif berpengaruh terhadap pasar regional, khususnya pasar domestik, sehingga menekan pergerakan rupiah dibanding dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis siang melemah senilai 11 poin.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar di pasar spot melemah menjadi Rp8.598 per dolar AS dari sebelumnya Rp8.587 atau turun 11 poin.

Analis PT Millenium Danatama Sekuritas, Ahmad Riyadi, di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa tekanan terhadap rupiah bersifat sementara (temporer), setelah pertemuan bank sentral AS (The Fed) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS turun.

Ekonomi AS semula diperkirakan akan tumbuh antara 3,1 persen hingga 3,3 persen, namun turun menjadi 2,7 persen hingga 2,9 persen, ujarnya.

Hal itu, lanjut dia, mengakibatkan pasar saham global melemah, karena pelaku pasar asing menahan diri melakukan pembelian saham.

"Pelaku pasar belum melihat prospek pasar global membaik, bahkan cenderung makin suram," ucapnya.

Meski demikian, lanjut dia, koreksi yang terjadi terhadap rupiah relatif masih kecil, karena tertahan oleh pertumbuhan ekonomi nasional yang terus meningkat.

Selain itu, ia menilai, tingkat suku bung rupiah yang masih tinggi (6,75 persen) memberikan keinginan pelaku pasar untuk tetap berada di pasar domestik, katanya.

Analis PT First Asia Capital, Ifan Kurniawan, mengatakan bahwa ada empat faktor yang mengakibatkan pasar global melemah.

Empat faktor itu, menurut dia, pertumbuhan ekonomi AS yang masih tak menentu akibat stunami di Jepang, China yang masih mengalami masalah dalam upaya menekan pertumbuhan ekonomi, kemudian Jepang yang masih belum bangkit pasca-tsunami, serta krisis utang Yunani.

Menurut dia, apabila masalah ini terus berlanjut, maka dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, karena ekspor manufaktur Indonesia masih berjalan ke Jepang, dan AS dimana kedua negara sedang mengalami masalah yang cukup besar.

"Kami harapkan pertumbuhan ekonomi nasional akan tetap berjalan meski Jepang dan dan AS masih dalam mengalami krisis yang berkepanjangan," ucapnya.
(T.h-CS/B008)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011