Sambalia (ANTARA News) - Tim evakuasi gabungan dari Tim SAR Mataram dan aparat keamanan, hingga Minggu siang belum berhasil mendekati lokasi terkepungnya sekitar 300 jiwa warga Batusele, Kecamatan Sambalia, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang sejak Sabtu tengah malam menjadi korban musibah banjir bandang. Informasi yang berhasil dihimpun ANTARA dari lokasi kejadian, sekitar 100 kilometer arah timur Kota Mataram, Minggu melaporkan, upaya evakuasi dilakukan sejak Minggu pagi, setelah Sabtu malam sempat dihentikan karena cuaca buruk menyusul turun hujan deras disertai kilatan petir. Camat Sambalia, Lalu Ahmad Zulkifli membenarkan belum berhasilnya tim evakuasi memberikan pertolongan atau memindahkan warga yang masih terkepung banjir di kawasan pemukiman mereka. "Warga dilaporkan masih bertahan di masjid dan sejumlah atap rumah warga yang kebetulan agak tinggi, sehingga terhindar dari terjangan arus deras air bercampur lumpur, batu dan bongkahan kayu yang meluncur dari pegunungan Rinjani," katanya. Menurut dia, upaya evakuasi melalui jalur darat terhambat putusnya sebuah jembatan yang menghubungkan ke kawasan pemukiman warga Batusele, sedangkan usaha melalui laut terhenti karena kondisi ombak yang cukup besar. Kawasan pemukiman Batusele yang diapit dua sungai kini kondisinya cukup memprihatinkan dan menjadi kawasan terparah dari musibah banjir bandang di daerah itu, pemukiman yang dihuni sekitar 75 kepala keluarga itu dua aliran sungainya langsung bermuara ke laut Selat Alas. Selain warga Batusele, kondisi serupa juga dialami warga Dusun Lepek Loang yang juga masih belum dapat dievakuasi secara keseluruhan juga karena kondisi medan. Berdasarkan pemantauan di lapangan, dari tujuh dusun di dua Desa yakni Desa Sugian dan Desa Belanting, kini mengalami kerusakan setelah pemukiman yang berada di sisi kiri dan kanan ruas jalan dari Lombok Timur ke Lombok Barat diterjang arus deras menyusul hujan yang terjadi lebih dari 24 jam sejak Jumat (20/1) tengah malam. Sepanjang puluhan kilometer ruas jalan dilalui arus deras air yang mengucur dari pegunungan Rinjani menuju ke arah laut kini terus saja terjadi, kendati ketinggian dan kecepatannya makin berkurang. Sejumlah warga yang sempat diungsikan ke sejumlah tempat di kota kecamatan, kini berangsur-angsur mulai kembali ke rumah mereka terutama yang tidak mengalami kerusakan berarti kecuali lahan pertanian/perkebunan dan ternak mereka.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006