Jakarta (ANTARA) - Melihat langsung Machu Picchu, Acropolis, dan Persepolis, reruntuhan dari kebudayaan masa silam yang tersembunyi di sudut-sudut bumi adalah mimpi Artsanti sejak kecil.

Namun ayahnya melarangnya. "Anak gadis yang baik, sebaiknya tinggal di rumah. Tidak keluyuran," kata Artsanti mengungkapkan ucapan sang Ayah seperti dalam bukunya Berawal Dari Mimpi.

Baca juga: Kala 100 pemimpin perusahaan tambang bercerita tentang kemanusiaan

Sangat menyayangi ayahnya, Artsanti lantas mengikuti saran itu. Namun ia terus mengingat pesan ayahnya yang lain: “Jika ingin menengok dunia, kamu harus pergi dengan uang kamu sendiri.”

Kata-kata itu yang menggerakkan semangatnya untuk bekerja mengumpulkan uang sendiri. Dengan upaya semacam itu, ia akhirnya berhasil menggapai mimpinya: Berkelana ke Lima Benua.

Di buku "Berawal Dari Mimpi", Artsanti yang merupakan Head of Social Investment JAPFA mengisahkan perjalanannya di Asia, Eropa, Amerika Serikat, Amerika Latin, Australia dan New Zealand, serta ke Benua Hitam: Afrika.

Sebagai perjalanan kontemplatif, ia tak hanya mengunjungi tempat-tempat wisata yang ramai dikunjungi wisatawan. Di Belanda ia menyusup ke balik pepohonan walnut, ke kafe-kafe yang tersembunyi di hutan, dan duduk di lapangan rumput menyaksikan anak-anak Belanda berlatih sepakbola.

Ia naik tinggi mendekati puncak Mount Blanc, Eiger, Matterhorn dan Mount Cook, dengan gondola atau helikopter, meskipun pernah pula mencoba mendaki Mount Kilimanjaro menggunakan dengkulnya sendiri.

Baca juga: Esha Mahendra berbagi pengalaman hidup lewat buku Bertumbuh Bermimpi

Artsanti memang menikmati berkelana ke tempat-tempat yang tak banyak orang tertarik mengunjunginya. Saat diminta untuk memilih berkunjung ke New York atau ke Komunitas Amish di Pennsylvania, ia memilih yang terakhir.

Saat berkunjung ke Moscow, ia tidak meneruskan ke Saint Petersburg yang sangat terkenal, namun terbang ke Khanty Mansiysk di Siberia.

Artsanti menikmati kunjungan ke tempat-tempat out-off-the-beaten track, seperti ke Batumi, Georgia, di sisi Laut Hitam. Mengunjungi Monumen Jengis Khan di Mongolia atau ke Bandar Anzali di sisi Laut Kaspia. Ia menikmati berdayung di Danau Titicaca di perbatasan Peru dan Bolivia, yang muka airnya sudah lebih tinggi dari puncak Gunung Semeru.

“Melakukan perjalanan itu ziarah kehidupan,” komentar Lestari Moerdijat, Wakil Ketua MPR menanggapi perjalanan Artsanti yang dituangkan dalam buku Berawal Dari Mimpi. “Melihat sisi lain dunia, menyelami hidup dengan memberi arti pada setiap pengalaman.”

Menurutnya, Artsanti telah melakukan suatu ziarah tentang arti kehidupan sesungguhnya. Kehidupan yang semestinya selalu dirayakan dalam setiap situasi. Karena hidup itu berarti,” imbuh Lestari Moerdijat.

Sedang Ketua Fraksi PDI-P DPR RI Utut Adianto berpendapat Artsanti telah berhasil mengekspresikan kisahnya di buku yang ditulisnya ini. “Saya senang mengikuti ceritanya, seolah-olah Bu Arts ada di hadapan saya bercerita dengan penuh antusias, dalam suasana yang menggembirakan,” tutur GM Utut Adianto yang juga ketua umum Percasi itu.

Buku "Berawal Dari Mimpi" telah beredar, dan penerbit serta penulisnya sepakat bahwa setiap satu buah buku yang terjual, sebuah buku yang sama akan dibagikan kepada remaja di Indonesia agar mereka juga berani bermimpi dan berusaha untuk menggapainya, demikian siaran pers dikutip Jumat.


Baca juga: "Suteru! Gijutsu" karya penulis Nagisa Tatsumi hadir di Indonesia

Baca juga: "Tuesday with Morrie", memantik optimisme bersama Mitch Albom

Baca juga: Resensi - Buku "KontraNarasi Khilafers" jadi kado Hari Santri 2020

Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022