New York (ANTARA News) - Indonesia dan Timor Leste dinilai sudah cukup matang dalam mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan hubungan bilateral kedua negara, termasuk dalam penyelesaian kasus masa lalu. "Kematangan hubungan bilateral menjadikan kami dapat dengan efektif dan lancar mengatasi berbagai isu bilateral," kata Wakil Tetap RI untuk PBB Dubes Rezlan Ishar Jenie di depan sidang Dewan Keamanan PBB di New York, Senin. Kematangan tersebut juga terlihat dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan isu perbatasan dan beban sejarah masa lalu yang seringkali menjadi perhatian internasional. Dalam pidatonya, Rezlan menguraikan mengenai kerjasama bilateral RI-Timor Leste yang terus diperdalam dan diperluas. "Kami terus mencatat kemajuan dalam kerjasama berbagai bidang seperti masalah perbatasan, perdagangan, transportasi, pendidikan dan budaya," kata Rezlan dalam sidang yang membahas mandat Kantor PBB di Timor Leste tersebut (UNOTIL). Mengenai kasus tewasnya tiga orang Indonesia di kawasan perbatasan Timor Leste, seperti yang juga disinggung oleh Sekjen PBB, Rezlan mengatakan bahwa kini kedua negara melakukan investigasi bersama dan sementara saling menahan diri untuk membuat kesimpulan awal. Sebelumnya, Presiden Timor Leste dalam sidang Dewan Keamanan PBB tersebut juga menegaskan mengenai hubungan kedua negara yang semakin erat, bukan hanya dalam tingkat pemerintahan tapi juga di antara rakyat. Xanana juga menegaskan mengenai sikapnya untuk mengedepankan rekonsiliasi dan persabatan dengan Indonesia ketimbang berkutat pada tuntunan keadilan atas masalah masa lalu yang belum tentu menghasilkan situasi kondusif bagi keamanan dan stabilitas politik. Indonesia sendiri, seperti disampaikan Rezlan dalam sidang DK PBB, juga mendukung sikap Presiden Xanana dalam memandang masalah keadilan bagi rakyat Timor Leste berkaitan dengan peristiwa masa lalu. "Sikap bijak dan negarawan dalam membawa rakyatnya keluar dari kesulitan masa lalu menuju masa depan yang lebih baik telah memberikan suatu inspirasi," katanya. Indonesia, tambahnya, juga memaklumi keinginan Timor Leste untuk tetap mendapat dukungan PBB setelah mandat UNOTIL selesai bulan Mei 2006. Pertimbangan yang logis antara lain karena pada 2007 mendatang Timor Leste untuk pertama kalinya akan mengadakan Pemilu presiden dan parlemen. Peristiwa tersebut sangat penting bagi masa depan Timor Leste sehingga negara tersebut perlu mendapat dukungan internasional dalam memenuhi keperluan yang terkait untuk menyukseskan pesta demokrasi itu.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006