Semarang (ANTARA News) - Ratusan ruang kelas di sejumlah sekolah dasar di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, hingga kini dalam kondisi rusak parah.

"Sampai saat ini belum ada perbaikan lantaran anggaran dana yang minim untuk rehabilitasi bangunan sekolah sehingga keadaan pun menjadi semakin mengkhawatirkan," kata Kasi Sarana dan Prasarana Dikdas Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, Tisse Hidayati, di Ungaran, Sabtu.

Ia mengatakan dari jumlah total 3323 ruang kelas di Kabupaten Semarang, hanya 1668 berada dalam kondisi baik, 930 rusak ringan dan 725 mengalami rusak parah.

"Tidak setiap pemerintah mengalokasikan anggaran untuk rehab bangunan. Akibatnya kerusakan semakin parah dan total ada sebanyak 1.655 ruang kelas yang tersebar di 543 bangunan SD saat ini mengalami kerusakan," katanya.

Tingkat kerusakan yang dialami tiap sekolah bervariasi, dan kerusakan paling banyak didominasi lantai rusak, tembok rusak, cat dinding mengelupas, serta atap bangunan yang sudah lapuk.

Kerusakan ruang kelas, katanya, memang menjadi kendala tersendiri karena selain membahayakan juga bisa menyebabkan siswa tidak bisa berkonsentrasi dalam kegiatan belajar mengajar.

Namun untuk merehabilitasi semua ruang sekolah yang rusak, pihaknya mengaku terkendala anggaran minim dana alokasi khusus (DAK) 2010 lalu tidak boleh digunakan untuk merehabilitasi bangunan sekolah yang rusak.

"Sebenarnya kita tak ingin melihat bangunan ruang kelas rusak, tapi karena anggaran dari pusat memang minim terpaksa tidak bisa untuk memperbaiki semua sekolah di Kabupaten Semarang," katanya.

Selama ini, memang rehab bangunan sekolah tak optimal, karena hanya menggunakan bantuan dana alokasi khusus (DAK) dan bantuan operasional sekolah (BOS), padahal DAK dan BOS diperkirakan hanya mampu menyelesaikan sekitar 25 persen kerusakan ruang kelas, karena tidak semua sekolah bisa mendapatkan DAK.

"Meski begitu kita akan berupaya seoptimal mungkin agar kerusakan ruang kelas di Kabupaten Semarang bisa diatasi, sebab jika kondisi ruang bagus, pembelajaran juga berjalan efektif," ujarnya. (ANT280/KWR/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011