Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) berencana menaikkan harga elpiji bagi konsumsi industri akibat tingginya harga komoditas tersebut di pasar internasional yang mengikuti kenaikan harga minyak dunia. Juru bicara Pertamina M Harun di Jakarta, Rabu, mengatakan saat ini harga elpiji di pasar internasional mencapai 700 dolar AS per metrik ton atau melonjak tinggi dibandingkan sebelumnya yang 600 dolar AS. "Kenaikan harga elpiji ini semata-mata mengurangi kerugian Pertamina di satu sisi dan di sisi lainnya mengamankan harga elpiji bagi sektor rumah tangga agar tidak naik di tahun ini," katanya. Menurut dia, harga elpiji rumah tangga tetap sebesar Rp4.250 per kilogram atau Rp51.000 per tabung isi 12 kg dan harga elpiji industri akan naik mendekati harga pasar. Dengan harga 700 dolar AS per metrik ton, maka harga elpiji internasional per kg sudah mendekati Rp7.000 per kg. Harun menjelaskan, sekarang ini, konsumsi elpiji dalam negeri mencapai 3.500 metrik ton per hari dengan perincian rumah tangga sebanyak 70 persen dan industri 30 persen. "Sementara, produksi elpiji Pertamina hanya 2.700 metrik ton per hari, sehingga sisanya dipenuhi dari kilang milik Kontraktor Production Sharing (KPS) atau diimpor dengan harga pasar internasional," ujarnya. Pertamina akan mengoptimalkan pembelian elpiji dari KPS guna menekan harga jual di dalam negeri. "Meski harga pasar, membeli elpiji dari KPS masih lebih murah, karena berkurangnya biaya transportasi," ujarnya. Ia menambahkan, saat ini, Pertamina melakukan pembelian elpiji dari kilang Chevron di Tanjung Santan, Medco di Sumatera Selatan dan Petrochina Jabung di Jambi. Khusus pemenuhan elpiji Februari 2006, Pertamina akan membeli tiga kargo (satu kargo setara dengan 1.800 metrik ton) elpiji dari Chevon Tanjung Santan dan 7.500 metrik ton dari kilang Petrochina Jabung.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006