Eemua dapat menjalani hidup ini dengan mengalir
Banyumas (ANTARA) - Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas membatasi jumlah umat Tri Dharma yang hendak melaksanakan sembahyang untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2573 seiring dengan masih berlangsungnya pandemi COVID-19.

"Di tahun ketiga masa pandemi ini, kami masih seperti yang lalu, kami masih jaga-jaga dan membatasi orang yang akan sembahyang," kata Juru Bicara Kelenteng Boen Tek Bio Sobitananda di Banyumas, Jawa Tengah, Senin.

Menurut dia, pihaknya telah menginformasikan kepada umat Tri Dharma dan simpatisan bahwa Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas tidak menggelar perayaan Imlek.

Kendati demikian, pihaknya mempersilakan umat dan simpatisan untuk melaksanakan sembahyang pribadi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

"Silakan melakukan sembahyang pribadi, tapi tolong tidak berduyun-duyun atau dalam jumlah besar. Satu rombongan dibatasi 8-10 orang dengan waktu sembahyang dibatasi 10 menit dan setelah itu bergantian dengan rombongan lain," katanya menegaskan.

Ia mengakui ada dua hal yang identik dengan perayaan tahun baru Imlek, yakni acara makan bersama dan sembahyang bersama keluarga.

"Pada tradisi Tionghoa sering kali dilakukan sembahyang kepada leluhur menjelang tahun baru Imlek, seperti pepatah Tionghoa berbunyi 'Jika kita minum air, maka kita harus selalu ingat kepada sumbernya'. Yang diartikan bahwa kehidupan sekarang tidak akan ada jika tidak berasal dari para leluhur. Sembahyangan ini bisa dilakukan di rumah masing-masing atau di kelenteng," katanya menjelaskan.

Sobitananda mengatakan salah satu tradisi Tionghoa menjelang tahun baru Imlek adalah pulang ke rumah leluhur.

Dalam hal ini, kata dia, keluarga Tionghoa biasanya mempunyai rumah pokok atau cikal bakal yang merupakan rumah milik leluhurnya.

"Di rumah itu biasanya ada meja sembahyangan. Mereka biasanya kumpul, datang pagi atau siang sudah ada di situ, sudah memasak bersama, dan menjelang malam akan makan bersama," katanya.

Menurut dia, masakan paling utama dalam acara makan bersama keluarga adalah mi yang melambangkan panjang umur.

Selain itu, kata dia, ada pula berbagai makanan yang terbuat dari daging dan ikan bandeng.

Baca juga: Umat Tri Dharma bersihkan kelenteng sambut Imlek

Baca juga: Menengok tradisi Tahun Baru Imlek di negara-negara Asia


"Makan bersama dengan keluarga ini sering disebut sebagai Tuan Yuan Fan yang merupakan simbol pengikat, pemersatu, dan perekat hubungan antarkeluarga. Pada umumnya keluarga Tionghoa sering kali menyajikan makanan dengan jumlah yang beraneka ragam, dan hal itu merupakan simbol pengharapan rezeki yang tidak pernah habis," katanya.

Sebelum menikmati makanan tersebut, kata dia, akan didahului dengan sembahyang Tuhan Allah yang dilakukan di depan rumah dan menghadap ke langit.

Menurut dia, sembahyang Tuhan Allah tersebut ditujukan untuk menyampaikan rasa syukur atas semua yang telah dilalui, memohon ampunan, memohon berkah keselamatan di tahun yang akan datang, dan sebagainya.

"Usai sembahyang Tuhan Allah dilanjutkan dengan sembahyang bersama di altar leluhur. Mereka mengucap syukur karena anak dan cucu berkumpul semua di altar tersebut untuk menyampaikan terima kasih atas berkah dari para leluhur selama satu tahun yang akan ditinggalkan ini," katanya.

Setelah pukul 00.00 WIB, kata dia, keluarga Tionghoa melakukan sembahyang pengharapan untuk tahun yang akan mereka lalui dengan mengharapkan berkah kesehatan, keselamatan, perlindungan, dan rezeki yang berlimpah.

Selanjutnya di altar leluhur, mereka menyampaikan selamat tahun baru Imlek dan mendoakan agar para leluhur juga menikmati kebahagiaan seperti anak-cucu yang masih berada di alam dunia.

Terkait dengan Imlek 2573 yang merupakan tahun Macan Air, Sobitananda mengatakan macan adalah hewan yang mempunyai karisma dan penguasa rimba, sedangkan air memiliki sifat dingin, melarutkan, dan mengalir.

"Jadi diharapkan pada tahun Macan Air ini, tahun 2573 Imlek, semua dapat menjalani hidup ini dengan mengalir, bertemu dengan suasana yang dingin, kemudian pandemi ini diharapkan cepat berlalu," katanya.

Ia mengaku bersyukur karena tahun 2572 Imlek yang merupakan tahun Kerbau Tanah dapat dilalui dengan kerja keras dan hasil yang bagus, sehingga Indonesia bisa melewati pandemi tidak seperti negara-negara lain. 

Baca juga: Kelenteng Boen Tek Bio tambah lilin

Baca juga: Semarak Tahun Macan Air terasa di pusat perbelanjaan
 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022