Sejak 6 bulan lalu menjalani terapi, Nining merasa penyakit darah tinggi dan kebiasaanya bersin di pagi hari mulai membaik.
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Stasiun Rawa Buaya, Suardi berjanji akan segera menertibkan warga yang melakukan terapi di lintasan kereta api.

"Kita akan melakukan penertiban segera agar lintasan api kembali normal. Berbahaya menggunakan lintasan rel kereta api untuk pengobatan," kata Kepala Stasiun Rawa Buaya, di Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis.

Suardi tidak bisa memberikan target waktu penertiban tersebut. Dia memastikan selalu menurunkan dua sampai tiga orang petugasnya untuk memantau lokasi.

"Mudah-mudahan secepatnya bisa kita kosongkan perlintasan itu," lanjut Suardi.

Suardi mengaku kewalahan memberi peringatan kepada warga.

"Kita sudah kasih peringatan ke warga. Kita tetap melakukan upaya persuasif memberikan pemahaman ke warga. Karena kita tetap mengkhawatirkan, mereka di sana santai sambil ngobrol nanti tidak konsentrasi kalau ada kereta datang," kata Suardi.

Aktivitas ini bukan yang pertama kali dilakukan warga Rawa Buaya. Bahkan menurutnya, jika dibandingkan beberapa bulan sebelumnya, peminat terapi ini saat ini justru menurun.

"Terapi ini sudah selalu berulang, kita sudah koordinasi dengan pihak kelurahan, tapi setiap sore, ada saja warga yang datang. Tapi kalau sekarang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan beberapa bulan lalu. Sekarang paling 10 orang per hari," lanjutnya.

Frekuensi kereta yang melintas di Stasiun Rawa Buaya terbilang sedikit. Rentang waktu yang cukup lama membuat para warga leluasa menjalani terapi aliran listrik. Tetapi mereka tetap waspada tiap kali mendengar aba-aba kereta akan melintas.

Jarak dari Stasiun Rawa Buaya ke tempat para warga menjalani terapi berkisar 300-400 meter. Umumnya mereka sudah sangat mengetahui jadwal kereta jurusan Kota-Tangerang ini akan melintas. Aktivitas mulai ramai pada sore hari.

Nining (36) warga Rawa Buaya mengatakan, rel kereta api relatif aman, karena kereta datang 1-1,5 jam sekali. Bandingkan dengan jalur kereta Depok.

Lokasi yang cukup jauh dari jalan utama menjadi salah satu alasan. Mereka leluasa menikmati terapi sambil tiduran tanpa harus malu menjadi tontonan orang banyak.

Sampai saat ini Nining mengaku tidak tahu siapa yang pertama kali menemukan terapi arus listrik. Sejak 6 bulan lalu menjalani terapi, Nining merasa penyakit darah tinggi dan kebiasaanya bersin di pagi hari mulai membaik.

"Badan saya sudah enakan," imbuhnya.

Santi (43) mengungkapkan hal serupa. Menurutnya lokasi terapi ini terbilang cukup nyaman karena jauh dari keramaian. Dia juga tidak mempermasalahkan jika ada orang yang menilai dirinya aneh.

"Terserah orang mau bilang saya gila, kenyataannya saya sehat," kata Santi.

(ANT-009/E001)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011