Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman meminta semua pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat agar tak meremehkan varian Omicron karena masih berpotensi tinggi menimbulkan kematian.

"Untuk meresponnya harus ada mitigasi optimal di perlindungan pada kelompok berpotensi kesakitan dan kematian. Kelompok rawan inilah yang harus diproteksi dengan booster serta adanya peningkatan 3T (testing, tracing, treatment)," kata Dicky dalam pesan suara yang diterima di Jakarta, Selasa.

Dicky mengatakan varian Omicron masuk dalam varian of concern yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Dengan demikian, varian Omicron mesti mendapat perhatian lebih agar dampaknya bisa direduksi tak seperti saat varian Delta.

Baca juga: Epidemiolog minta masyarakat segera vaksinasi dan tak remehkan Omicron

Upaya yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan memperluas cakupan vaksinasi. Namun ia menyayangkan angka vaksinasi dosis penguat di Indonesia masih rendah. Pun demikian dengan vaksinasi dosis kedua di luar Jawa-Bali yang mengalami hal serupa.

Padahal, potensi kematian yang diakibatkan oleh varian Omicron ini masih tinggi, utamanya bagi lansia serta mereka yang memiliki penyakit penyerta. Maka dari itu pemerintah harus sesegera mungkin memperluas cakupan vaksinasi bagi kelompok rentan.

"Kita booster masih di bawah lima persen, potensi kematian tinggi. Bahkan (vaksin) dua dosisnya saja masih kurang di luar Jawa-Bali, ini berisiko," kata dia.

Di samping itu, ia mendorong pemerintah agar berbenah dalam menjalankan strategi komunikasi risiko karena akan menentukan naik turunnya respon publik dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Saat ini narasi-narasi soal varian Omicron tak seganas Delta bermunculan di masyarakat. Namun bagi Dicky bukan soal ganas atau tidaknya dampak yang ditimbulkan, tetapi akan berpengaruh pada pelemahan respon di masyarakat.

Ia khawatir jika narasi-narasi itu dibiarkan, maka yang terjadi adalah pengabaian terhadap protokol kesehatan. Padahal disiplin menerapkan Prokes menjadi kunci utama melawan pandemi COVID-19.

"Dan kita sekali lagi harus meluruskan hoaks bahwa ini mild, melemah, dan lain-lain. Itu tidak berdasar karena itu akan membawa ke arah pelemahan respon, pengabaian, dan meremehkan," kata dia.

Baca juga: Epidemiolog: Percepat vaksinasi luar Jawa-Bali jelang Idul Fitri
Baca juga: Menkes: Indonesia masih perang lawan COVID-19

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022