Jakarta (ANTARA) - Limfoma Hodgkin merupakan penyakit yang jarang, namun termasuk jenis kanker limfoma dengan tingkat kesembuhan yang tinggi. Dengan pengobatan yang tepat, paling sedikit 8 dari 10 pasien kanker pada sistem kelenjar getah bening ini dapat sembuh.

Setelah perawatan selesai dan pasien dinyatakan sembuh, penting untuk kontrol berkala kepada dokter, kata Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Yogyakarta, dr. Johan Kurnianda, Sp.PD KHOM.

"Kalau sudah pengobatan, wajib kontrol berkala," kata Johan dalam webinar “Limfoma Hodgkin: dari Tantangan Menuju Harapan”, Selasa.

Semakin lama, frekuensi kontrol akan semakin jarang. Pada tahun pertama dan kedua setelah pengobatan, pasien dapat diminta kontrol setiap tiga hingga enam bulan. Pada tahun ketiga, pasien bisa datang satu hingga dua kali dalam setahun. Mulai dari tahun keempat hingga seterusnya, pasien diminta untuk kontrol sekali dalam setahun.

Baca juga: Limfoma Hodgkin banyak menimpa pria, perempuan harus tetap waspada

Pemeriksaan secara berkala berguna dalam memastikan kondisi pasien, sehingga bila ada kekambuhan dokter dapat segera menanganinya.

"Kanker adalah penyakit yang tidak akan hilang sepenuhnya, yang ditangani sewaktu-waktu bisa kambuh, jadi kontrolnya harus terus dilakukan," jelas dia.

Konsultasi dengan dokter spesialis hemato-onkologi penting setelah perawatan selesai agar pasien bisa memahami risiko dan masalah kesehatan yang dihadapi. Setelah sembuh, pasien yang sebagian besar berada pada rentang usia produktif dapat berkonsultasi soal isu terkait kesuburan, pentingnya jalani gaya hidup sehat, peningkatan risiko pasien terhadap jenis kanker lain hingga pentingnya menjaga kesehatan mental dan emosional.

Melakukan aktivitas yang mencerahkan suasana hati penting dilakukan oleh pasien yang didukung orang-orang terdekat, seperti disampaikan Maryanto, orangtua dari pasien limfoma Hodgkin.

"Cara mendukungnya dengan mendampingi 100 persen, untuk membantu melewati masalah psikis hingga soal makan. Lakukan hal-hal yang menyenangkan," kata Maryanto.

Baca juga: Teliti tangani kanker Limfoma Hodgkin meski harapan sembuh tinggi

Akses pengobatan
Johan mengatakan akses terhadap obat kanker jadi tantangan utama, khususnya di negara berkembang. Tidak semua orang bisa dengan mudah mendapatkan akses, tergantung dari finansial yang bersangkutan karena harga obat tak seluruhnya terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Dari sisi akses pengobatan, berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) negara dengan pendapatan nasional yang lebih rendah memiliki ketersediaan obat anti-kanker yang lebih rendah, termasuk terapi target. Hal ini menimbulkan perbedaan pada angka harapan hidup pasien kanker di berbagai negara.

Berbagai strategi dapat diterapkan untuk meningkatkan akses terhadap obat kanker, seperti mengurangi biaya pengembangan, meningkatkan keandalan (reliability) rantai pasokan global, menyediakan program bantuan pasien.

"Dari gap itu, kita bisa menangani pelayanan, salah satunya dengan menekan harga akses pengobatan. Saya kira itu sesuatu yang sangat penting sebab limfoma Hodgkin kalau ditangani baik, harapan hidupnya sangat baik."

Jika pasien bisa ditangani secara setara, tak peduli status sosialnya, dan mendapatkan akses pengobatan yang sama, secara jangka panjang penanganan kanker di Indonesia pun akan lebih baik.


Baca juga: Dukungan psikososial bantu redakan gejala psikologis pasien kanker

Baca juga: Pencegahan kanker bukan hanya tanggung jawab pemerintah

Baca juga: Peraboi: Masyarakat perlu pahami deteksi dini kanker di tubuh

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022