Tidak semua masalah diselesaikan dengan cara yang sama karena memiliki tingkat kesulitan dan tantangan yang berbeda.
Jakarta (ANTARA) - Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menegaskan kepada seluruh personel kepolisian harus netral dan berdiri di atas semua golongan ketika menangani atau menghadapi permasalahan konflik sosial yang terjadi di masyarakat.

Sikap netral ini, kata dia, sesuai tugas pokok Polri melindungi dan mengayomi serta melayani masyarakat, dan mampu menjadi sosok yang dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di lapangan.

“Bagaimana rekan-rekan memosisikan berada di posisi tengah. Rekan-rekan bisa jadi mediator, menjadi problem solver yang bisa diterima kedua belah pihak. Hal itu menjadi sangat penting," kata Kapolri saat memberikan pengarahan kepada seluruh jajarannya di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis.

Menurut dia, dalam penanganan konflik sosial, jajaran Polri memiliki pedoman berupa aturan dan standar operasional prosedur (SOP) yang telah diatur dalam undang-undang dan peraturan Kapolri (Perkap).

Pedoman tersebut hendaklah dipatuhi, diperhatikan, dan dipelajari oleh setiap jajaran Polri untuk diterapkan dalam cara bertindak ketika menangani permasalahan di lapangan, termasuk konflik sosial.

“Semua aturan itu sudah ada di Perkap turunan dari UU. Tinggal diperhatikan, pelajari, dan melatihnya menjadi suatu kebiasaan yang bisa dilaksanakan pada saat menghadapi kegiatan-kegiatan yang ada permasalahan," ujarnya.

Mantan Kabareskrim Polri itu juga menekankan pentingnya pengawasan internal yang dilakukan pimpinan Polri di wilayah guna mencegah terjadinya permasalahan akibat ketidakpahaman anggota dalam cara bertindak.

Ia meminta para kasatwil melakukan kontrol, inspeksi mendadak dan pengecekan kepada anggotanya sehingga ketiga turun ke lapangan benar-benar sudah siap dengan SOP dan aturan yang ada.

"Karena potensi itulah yang kemudian akan munculkan masalah kalau tidak teliti, tidak hati-hati. Hal-hal yang harus diwaspadai, yang rentan pada saat melihat kondisi anggota tersebut tidak siap, lebih baik jangan ditugaskan. Ganti dengan yang siap," tegas Sigit.

Mantan Kadiv Propam Polri itu juga menyebutkan segala bentuk permasalahan tidak akan terjadi apabila seluruh personel kepolisian bisa mematuhi aturan, bertindak sesuai dengan SOP, menaati asas legalitas dan proporsional serta nesesitas.

"Asas-asas tersebut harus dipahami sehingga pada saat rekan-rekan melangkah sudah tahu ini risikonya apa, itu risikonya apa," imbuhnya.

Tidak hanya mampu bersikap netral dengan menaati aturan yang ada, Sigit juga menegaskan kepada jajarannya untuk berani melakukan tindakan tegas sebagaimana aturan yang ada apabila memang kondisi dan situasi di lapangan sudah tidak kondusif atau chaos.

Setiap permasalah yang terjadi di lapangan, lanjut dia, memiliki dinamika tersendiri, sehingga, pola penanganannya pun harus berbeda menyesuaikan situasi.

Tidakan tersebut diperlukan karena Polri merupakan institusi yang memastikan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat terjaga dengan baik.

Selain itu, seluruh personel kepolisian juga diminta mampu melakukan pemetaan isu di wilayah tugasnya masing-masing agar cepat melakukan pendekatan persuasif dan dialog terhadap masyarakat.

"Menghadapi orang atau masyarakat, apalagi terkait dengan masalah pembangunan, tentunya harus dengan kekuatan dialog yang sangat kuat," ujarnya.

Demikian pula bila menghadapi kelompok-kelompok yang memang memiliki rencana untuk melakukan tindakan anarkis, lanjut Sigit, tentu caranya berbeda.

“Jadi, inilah yang saya minta, tidak semua masalah diselesaikan dengan cara yang sama karena memiliki tingkat kesulitan dan tantangan yang berbeda," kata Sigit.

Sigit memandang penting personel kepolisian mengetahui setiap akar permasalahan, kearifan lokal, dan karakteristik dari setiap wilayah yang ada. Dengan demikian, semua potensi permasalahan dapat diselesaikan dengan cara persuasif.

Ia pun meminta personel Polri hendaknya memahami kapan harus melakukan penegakan hukum dan kapan harus memaksimalkan tindakan bersifat persuasif.

“Saya kira rekan-rekan ini harus terus diasah sehingga feeling-nya dapat. Kapan harus ambil langkah humanis, kapan harus ambil langkah tegas. Anggota Polri harus miliki keberanian dan ketegasan tetapi terukur. Namun, juga rekan-rekan memiliki sentuhan yang humanis," kata Sigit.

Baca juga: MPR: Lakukan pendekatan dialogis dan humanis terkait konflik Wadas

Baca juga: Anggota DPR harap dialog Ganjar dan warga Wadas temukan solusi


Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022