Simpangampek, Sumbar (ANTARA News) - Perkembangan Islam di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat tidak terlepas dari sejarah keberadaan Masjid Nurul Yaqin di Nagari Air Bangih, Kecamatan Sungai Beremas yang merupakan masjid tertua di kabupaten itu.

Wali Nagari Aia Bangih Islahul Abdi di Simpangampek, Minggu, menyatakan, keberadaan Masjid Nuruk Yaqin sangat penting dalam perkembangan agama Islam di Pasaman Barat.

Masjid tertua di Pasaman Barat itu menjadi cikal bakal bagi perkembangan masjid-masjid lainnya di Aia Bangih.

"Majid Nurul Yaqin merupakan masjid tertua dan perkembangannya tidak lepas dari keberadaan saudagar Islam di zaman dahulu. Aia Bangih dijadikan sebagai tempat persinggahan para saudagar sebelum mereka kembali pergi melaut," ujarnya.

Menurut sejarahnya, jelas Islahul Abdi, Masjid Nurul Yaqin tidak terlepas dari keberadaan para saudagar zaman dahulu. Hal itu dibuktikan dengan posisi masjid yang berdiri hanya beberapa meter dari muara pantai Aia Bangih.

Pembangunan masjid itu antara lain diprakarsai H Abdul Azis dengan gelar Yanih H Sarbaini pada tahun 1860 Masehi. Pada awalnya atap masjid terbuat dari ijuk dan berdinding papan berukuran 11x25 meter dengan mimbar terbuat dari kayu dan tanpa kubah.

Pada tahun 1930 dan berdasarkan kesepakatan para tokoh, dibangun masjid kedua yang hingga kini disebut Masjid Raya Aia Bangis yang letaknya tidak begitu jauh dari Masjid Nurul Yaqin.

Setelah pelaksanaan pembangunan masjid selesai, mimbar yang ada di Masjid Nurul Yaqin dipinahkan ke Masjid Raya dengan sebuah upacara.

Meski sudah ada Masjid Raya, aktivitas di Masjid Nurul Yaqin tetap hidup hingga sekarang.

Pada tahun 1969, Masjid Nurul Yaqin mengalami renovasi besar. Bangunan yang dulunya terbuat dari kayu dipugar dan diganti dengan bangunan permanen, beratapkan seng dan memiliki kubah megah.

"Saat ini Masjid Nurul Yaqin tetap bertahan dan memiliki banyak jamaah, apalagi pada bulan suci Ramadhan. Mudah-mudahan sejarah masjid ini tetap dikenang dan menjadi tempat ibadah yang nyaman bagi masyarakat," kata Islahul Abdi.

(ANT-205/R014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011