Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah staf pengajar Universitas Indonesia (UI) bersama aktivis LSM memprotes Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri yang memberikan penghargaan Doktor Honoris Causa di bidang kemanusiaan kepada Raja Arab Saudi Abdullah.

"Pemberian gelar Doktor Honoris Causa itu sangat menghinakan dan memalukan bangsa Indonesia apalagi pemberian gelar penghargaan tersebut tidak diberikan di kampus UI tetapi diberikan di Arab Saudi," kata staf pengajar Fisip UI Thamrin Amal Tamagola di Gedung MPR/DPR di Jakarta, Jumat, saat menyampaikan pernyataan sikap bersama.

Pernyataan sikap bersama tersebut dihadiri sejumlah staf pengajar UI antara lain Saparinah Sadli, Taufik Bahauddin, dan Effendy Gazali.

Hadir juga sejumlah aktivis LSM antara lain Anis Hidayah dari Migrant Care dan Agus Pambagio dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

Thamrin menilai, langkah Rektor UI yang memberikan penghargaan Doktor Honoris Causa kepada Raja Abdullah pada pekan ini, diputuskan sendiri oleh Rektor tanpa melakukan musyawarah dengan Dewan Guru Besar di UI.

"Langkah Rektor ini memalukan keluarga besar UI maupun bangsa Indonesia," katanya.

Ia menegaskan Arab Saudi adalah negara yang tidak menghormati hak asasi manusia khususnya terhadap buruh migran dari Indonesia.

Berbagai pelanggaran HAM yang terjadi di Arab Saudi, kata dia, mulai dari pelecehan seksual, penyiksaan, hingga pembunuhan.

"Salah satu korban terbaru adalah TKI bersama Ruyati yang dihukum pancung, yang melanggar norma internasional," katanya.

Thamrin menilai, langkah Rektor UI yang memberikan gelar Doktor Honoris Causa di bidang kemanusiaan itu telah mengabaikan nurani bangsa Indonesia yang masih belum melupakan peristiwa tragis yang dihadapi Ruyati.

Bahkan Thamrin mencurigai ada kompromi dalam pemberian penghargaan itu.

(T.R024/B009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011