Jambi (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, mengungkapkan saat ini dampak asap yang terjadi akibat banyaknya kebarakan lahan di kawasan timur Sumatera sudah terasa sampai di Kerinci.

"Dampak asap sudah kian terasa di Kerinci dan Kota Sungaipenuh, pasalnya belakangan hujan sudah tidak lagi turun seperti pascalebaran, karena itu kabut yang menyelimuti Kerinci sudah terasa bau asapnya yang pengap dan berat kalau dihirup," terang kabag Humas Kerinci Julizarman.

Ia mengatakan situasi di Kerinci saat ini musim kemarau dan udara yang kering melanda daerah paling barat provinsi Jambi tersebut, dimana kekeringan sudah sampai mengeringkan suplai air PDAM dan sawah-swah rakyat hingga retak dan rengkah.

"Asap akibat kebakaran lahan itupun kini sudah sangat terasa di Kerinci dan kota Sungaipenuh," ujarnya.

Menyinggung soal upaya-upaya antisipasi dampak asap terhadap masyarakst dia mengatakan hingga saat ini pihak pemkab Kerinci, pemkot Sungaipenuh, BMKG, TNKS dan Dinkes tengah terus memantau secara intensif perkembangan kondisi udara di daerah tersebut.

Dia tidak membantah jika memang dirasa perlu maka pemkab akan melakukan tindakan antisipatif berupa pembagian masker gratis, atau meliburkan sekolah khususnya TK dan SD guna meminimalisir aktifitas luar rumah bagi warga yang tergolong rentan.

Lebih jauh dia menjelaskan kondisi udara Kerinci saat ini semakin terlihat kotor akibat kabut asap kiriman dari kawasan timur Sumatera yang terbakar tersebut, hingga membuat sesak pernafasan karenanya warga setempat pun mulai diminta untuk mengurangi aktifitas di luar rumah guna menghindari dampak buruknya terhadap kesehatan.

"Secara resmi pemkab belum mengeluarkan instruksi, tapi sedari sekarang sudah dihimbau agar warga Kerinci meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya asap yang sekarang sudah sampai di Kerinci ini, dengan mengurangi sendiri aktivitas di luar rumah, atau menggunakan masker kalau berada di luar rumah," tegasnya.



(T. PSO-144)

(T.pso-144/B/M027/M027) 14-09-2011 11:40:18

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011