Sampai hari ini, saya masih terus yakin dengan memberikan kemerdekaan kepada kampus
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mendorong perguruan tinggi agar dapat menciptakan ekosistem riset.

“Harus diakui bahwa masih banyak perguruan tinggi yang belum mempunyai ekosistem riset. Ekosistem riset yang dimaksud yakni bagaimana hasil penelitian menjadi landasan dari produksi pengetahuan, yang mana semua civitas academica terlibat secara aktif dan saling mengisi,” ujarnya dalam peluncuran dan sosialisasi Riset Inovatif Produktif-United Kingdom (UK) Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (Rispro UKICIS) yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Dia menjelaskan ekosistem riset di perguruan tinggi yang hidup dapat melahirkan karya-karya penelitian berkualitas dan inovatif. Hasilnya tidak hanya bermanfaat di lingkungan perguruan tinggi, tetapi juga penting bagi masyarakat.

“Sampai hari ini, saya masih terus yakin dengan memberikan kemerdekaan kepada kampus, adalah syarat utama dari terwujudnya ekosistem riset di perguruan tinggi,” kata dia.

Baca juga: BRIN dukung ekosistem riset dan inovasi kuat di G20

Selain itu, kampus perlu diberikan keleluasaan untuk berkolaborasi dengan sesama institusi pendidikan dan sektor lainnya. Namun, hal yang tidak kalah penting adalah merdeka dari keterbatasan dana yang menghambat akselerasi riset.

Nadiem mengatakan beberapa tantangan tersebut sudah menemukan jawabannya dengan terobosan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Ia memberi contoh bagaimana program "matching fund" mendorong kampus berkolaborasi dengan industri untuk melakukan riset secara bersama dan mendapatkan dana tambahan.

Program pertukaran mahasiswa juga membuka komunikasi antarkampus di Indonesia dan luar negeri.

“Sekarang dengan Rispro UKICIS, saya semakin optimistis kampus di Indonesia akan bertransformasi ke ekosistem riset yang inovatif. Inilah saatnya Indonesia berkontribusi nyata melalui riset yang berkualitas,” kata dia.

Rispro UKICIS merupakan skema pendanaan untuk mendukung riset kolaboratif antara peneliti Indonesia dan Inggris Raya di bidang ekonomi hijau, ekonomi biru, teknologi digital, kesehatan, dan pariwisata.

Baca juga: Mendikbudristek tekankan pentingnya sikap gotong royong
Baca juga: Sebanyak 38 bahasa daerah jadi objek revitalisasi pada 2022
Baca juga: Mendikbudristek segera umumkan agenda prioritas G20 bidang pendidikan


Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022