Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Sutanto, menilai bahwa pergerakan teroris di Indonesia saat ini dilakukan secara perorangan sehingga penanganannya tidak mudah.

"Penyelidikan dan pengejaran terhadap pihak-pihak yang dicurigai tidak bisa semuanya diungkap di lapangan, tapi perlu kerahasiaan tinggi," kata Sutanto menjelang rapat kerja dengan Komisi I DPR RI, di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin.

Menurut dia, kalau penyelidikan dan pengejarannya sudah diungkap di lapangan, maka informasinya sudah bocor duluan sehingga pengejarannya bisa gagal.

Sutanto menjelaskan, aksi bom bunuh diri di halaman Gereja Bethel Injel Sepenuh (GBIS) Solo, pelakunya sudah teridentifikasi.

"Pelaku bom di Solo masih terkait dengan pelaku bom bunuh diri di Cirebon," katanya.

Sutanto mengimbau, agar pers tidak tidak mendesak BIN untuk mengungkap proses penyelidikannya, karena memerlukan kerahasiaan tinggi.

Apalagi, kata dia, pelaku teroris saat ini bergerak perorangan, bukan berkelompok seperti sebelumnya, sehingga lebih sulit dideteksi.

Saat ditanya pers, apakah ada informasi dari kedutaan besar negara asing di Jakarta yang menginformasikan bahwa ancaman bom akan terjadi di tiga kota, yakni Jakarta, Semarang, dan Solo? Sutanto menyatakan, dirinya belum mendengar informasi itu.

"Saya kita aksi bom bunuh diri di Solo hanya teroris lokal Solo, dan tidak berpengaruh pada daerah lainnya," katanya.

Menurut dia, di daetah lain kondisinya berbeda dan tidak ada masalah seperti di Solo.

"Tolong jangan terlalu berlebihan menyikapi aksi bom di Solo," katanya.

Sutanto menjelaskan, aksi teror tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain, seperti di Pakistan, Afganistan, dan sebagainya, dengan jumlah korban yang cukup besar.

Menurut dia, aksi teroris di Indonesia sudah ditangani secara baik, yang dibuktikan dengan telah ditanganinya ratusan pelaku teror.
(T.R024)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011