Jakarta (ANTARA) - Kelompok Wanita Tani (KWT) Sunter Agung, Jakarta Utara, mengembangkan tanaman obat-obatan di RW 05 serta mendirikan Rumah 
Produksi Mak Demplon yang menghasilkan omzet hingga puluhan juta rupiah per bulan dari penjualan jamu serbuk dan cair.

Lurah Sunter Agung, Danang Wijanarka mengatakan, produksi usaha jamu anggota KWT Sunter Agung itu dilakukan secara mandiri, mulai dari penanaman bahan baku seperti jahe, temu lawak dan kunyit hingga proses memasarkan produk.

"Sejak Minggu siang, ibu-ibu Kelompok Wanita Tani RW 05 Kelurahan Sunter Agung yang tergabung dalam Rumah Produksi Mak Demplon memproduksi 'Jamu Olahan Sehat Sunter' atau JOSS," ujar Danang kepada wartawan di Jakarta Utara, Senin.

Proses produksi dilakukan secara mandiri, mulai dari memanen tanaman obat-obatan keluarga yang telah mereka tanam di Taman Hati Sunter Muara, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Baca juga: Tim PKK DKI ajak warga aktif berkebun dengan gerakan tanam limau

Proses kemudian dilanjutkan dengan membersihkan dan memotong bahan baku untuk kemudian dihaluskan menggunakan blender.

Air dari perasan temu lawak maupun jahe itu yang dimasak dan diendapkan hingga berbentuk serbuk kasar. Kemudian disaring lalu kembali dimasak hingga menjadi serbuk halus dan siap dikemas.

Dalam satu hari, rata-rata jamu yang diproduksi berkisar 50-100 bungkus jamu serbuk dan 150 botol jamu cair yang dipasarkan hingga ke luar wilayah Jakarta, seperti Kalimantan, Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga Gorontalo. Harga satu bungkus jamu serbuk Rp25.000 dan Rp15.000 untuk kemasan botol jamu cair.

Pada 2018, lokasi penanaman tanaman obat-obatan keluarga (toga) dan Rumah Produksi Mak Demplon itu merupakan tempat pembuangan sampah dari masyarakat setempat. L​​​​​​​uasnya mencapai 6.000 meter persegi (m2).

Pihak kelurahan beserta warga sekitar kemudian berinisiatif membersihkan dan mengubahnya menjadi lahan yang lebih bermanfaat.

Baca juga: Kelurahan Sunter Agung kembangkan tanaman anggur di RPTRA Sunter

Produksi jamu yang awalnya bersifat sosial, dengan pelatihan dari kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kecamatan Tanjung Priok, mampu membantu meningkatkan pendapatan delapan anggota Rumah Produksi Mak Demplon. Bahkan telah menghasilkan omzet mencapai Rp30 juta per bulan.

Kelurahan Sunter Agung terus mengembangkan tanaman untuk bahan baku Rumah Produksi Mak Demplon di RW 05 hingga ke RW sekitarnya untuk membantu mengatasi persoalan ekonomi masyarakat se-Kelurahan Sunter Agung di tengah pandemi COVID-19.

"Kita (Sunter Agung) kan punya 20 RW dan tujuh pemukiman padat, harapan saya, Mak Demplon di RW 5 ini bisa dikembangkan di pemukiman padat yang lain, seperti RW 1, RW 2 dan RW 3," katanya.

Nantinya, pengelola Rumah Produksi Mak Demplon yang akan menjadi mentor bagi ibu-ibu di RW yang lain supaya ekonominya terus berkembang.

Pihaknya akan memfasilitasi pelatihan-pelatihan kecil di RPTRA. "Pertemuan seperti itu nanti kita tawarkan ke RW lainnya," kata Danang.
 

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022