New York (ANTARA) - Wall Street menguat pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), terutama didorong oleh saham-saham teknologi dan pertumbuhan megacap dan lonjakan di Twitter setelah Elon Musk mengungkapkan sahamnya di perusahaan itu, di tengah sinyal peringatan di pasar obligasi dan pembicaraan tentang lebih banyak sanksi terhadap Rusia atas Ukraina.

Indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 103,61 poin atau 0,30 persen, menjadi menetap di 34.921,88 poin. Indeks S&P 500 naik 36,78 poin atau 0,81 persen, menjadi berakhir di 4.582,64 poin. Indeks Komposit Nasdaq melonjak 271,05 poin atau 1,90 persen, menjadi ditutup pada 14.532,55 poin.

Empat dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah positif, dengan sektor layanan komunikasi dan teknologi masing-masing terangkat 2,28 persen dan 1,91 persen, di antara yang berkinerja terbaik. Sementara itu, sektor utilitas tergelincir 0,79 persen, menjadikannya kelompok berkinerja terburuk.

Saham Twitter melonjak lebih dari 27 persen menyusul berita bahwa CEO Tesla Elon Musk membeli 9,2 persen saham di jejaring sosial tersebut, menjadikannya sebagai pemegang saham terbesar. Saham perusahaan media sosial lainnya juga terkerek naik.

Saham Tesla naik setelah perusahaan pada Sabtu (2/4/2022) melaporkan rekor pengiriman kendaraan listrik untuk kuartal pertama.

"Banyak berita yang kita lihat hari ini umumnya positif untuk teknologi," kata Mona Mahajan, ahli strategi investasi senior di Edward Jones.

Bersamaan dengan Tesla, saham raksasa teknologi AS lainnya, seperti Apple, Meta Platforms, Amazon, Netflix, induk perusahaan Google- Alphabet dan Microsoft Corp semuanya ditutup lebih tinggi memberi dorongan pada indeks S&P 500 dan Nasdaq.

Di pasar obligasi, imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun naik pada Senin (4/4/2022) dan kurva imbal hasil 2-tahun/10-tahun tetap terbalik. Pembalikan kurva dipandang sebagai pertanda resesi dalam dua tahun ke depan atau lebih.

"Semua pembicaraan ini tentang kurva imbal hasil terbalik dan apa yang mungkin diprediksi dalam hal kemungkinan perlambatan ekonomi, yang menempatkan premium pada saham pertumbuhan lagi," kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.

Saham-saham telah rebound dalam beberapa pekan terakhir menyusul awal yang sulit untuk tahun ini di tengah kekhawatiran tentang pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve untuk memerangi inflasi dan perang di Ukraina.

Investor tetap khawatir tentang krisis Ukraina, yang telah menyebabkan lonjakan harga-harga komoditas yang memperburuk prospek inflasi yang sudah tinggi.

Kemarahan global menyebar pada Senin (4/4/2022) atas pembunuhan warga sipil di Ukraina utara, di mana kuburan massal dan mayat terikat yang ditembak dari jarak dekat ditemukan di sebuah kota yang diambil kembali dari pasukan Rusia. Kematian itu kemungkinan akan menggembleng Amerika Serikat dan Eropa ke dalam sanksi tambahan terhadap Moskow.

Dalam berita perusahaan, Starbucks Corp jatuh setelah mantan CEO Howard Schultz mengumumkan penangguhan program pembelian kembali saham perusahaan.

Saham perusahaan China yang tercatat di AS seperti Alibaba melonjak setelah China mengusulkan untuk merevisi aturan kerahasiaan yang melibatkan pencatatan di luar negeri.

Baca juga: Saham Prancis kembali menguat, indeks CAC 40 terkerek 0,70 persen
Baca juga: Saham Jerman raih untung hari kedua, indeks DAX bertambah 0,50 persen
Baca juga: Saham Inggris berakhir positif, indeks FTSE 100 tedongkrak 0,28 persen

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022