Malang (ANTARA News) - Pendangkalan Bendungan Sutami dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga kapasitasnya terus berkurang.

"Kami sudah melakukan pengerukan sedimen sepanjang tahun, namun aliran sedimen jauh lebih cepat ketimbang pengerukannya, sehingga sedimen terus bertambah," kata Kepala Humas Perum Jasa Tirta I Malang Tri Hardjono di Malang, Rabu.

Total kapasitas (daya tampung) Bendungan Sutami pada awal diresmikan (1972) mencapai 343 juta meter kubik, saat ini menyusut menjadi 165 juta meter kubik.

Pengerukan sedimentasi di bendungan terbesar di Jawa Timur itu rata-rata hanya satu juta meter kubik per tahun, sedangkan sedimen yang masuk mencapai tiga juta meter kubik per tahun.

Untuk pengerukan sedimen tersebut dibutuhkan biaya besar, yakni per satu juta meter kubik rata-rata menghabiskan anggaran sekitar Rp5 miliar.

Tri mengatakan selain limbah industri dan domsetik, enceng gondok serta proses terjadinya hidrofikasi akibat menurunnya kadar oksigen karena pencemaran pupuk kimia juga menjadi penyebab utama percepatan sedimentasi.

Selain Bendungan Sutami, waduk Sengguruh yang menjadi salah satu penopang kebutuhan air untuk berbagai kepentingan juga tidak lepas dari proses sedimentasi yang cukup cepat.

Pada awal dibangunnya waduk Sengguruh, tingkat kedalamannya mencapai 15 meter, namun sekarang hanya tinggal 6 meter akibat sedimentasi.

"Apalagi saat ini mulai memasuki musim hujan, dimana aliran sampah yang mencapai puluhan meter kubik ke Waduk Sengguruh juga semakin deras, sehingga berpengaruh terhadap kapasitas waduk," ujarnya.

Pada awal 1990-an Waduk Sengguruh masih mampu menampung sebanyak 21,5 juta meter kubik, namun pada awal 2011 ini daya tampungnya hanya sebanyak 1,5 juta meter kubik air. (E009/M008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011