Jakarta (ANTARA News) - Saham-saham di Bursa Efek Indonesia pada penutupan sesi pagi Kamis melemah akibat sentimen negatif jatuhnya saham bursa New York setelah Prancis menyatakan penanganan krisis utang di Eropa butuh waktu lama.

Indeks harga saham gabungan BEI sesi pagi ini ditutup melemah 36,428 poin atau 0,99 persen menjadi 3.640,878 dan indeks LQ-45 berkurang 7,035 persen atau 1,08 poin menjadi 646,980.

Analis PT Eko Capital, Cece Ridwan,  mengatakan, para pelaku pasar khawatir krisis utang di Eropa belum mencapai penyelesaian karena para pemimpin Uni Eropa masih belum mencapai kesepakatan.

Kebuntuan dalam mencapai kesepakatan itu mengakibatkan pelaku pasar pesimistis bahwa krisis utang itu masih belum dapat diatasi sampai akhir tahun ini.

Menurut Cece Ridwan, melemahnya bursa New York juga menekan indeks Hang Seng turun dua persen, indeks Kospi, Korea Selatan melemah 0,8 persen, dan indeks Singapura turun 0,8 persen.

"Kami optimis kondisi ini masih akan menekan indeks BEI bergerak turun pada penutupan Kamis sore, " ujarnya.

Ia menambahkan, aksi lepas saham itu pelaku pasar sebenanya hanya untuk mencari untung setelah saham yang dibeli mengalami kenaikan.

Pelaku pasar yang melepas sahamnya itu biasanya pelaku ritel apabila sahamnya mengalami kenaikan tiga empat poin mereka segera melepasnya, katanya.

Saham yang mengalami koreksi harga antara lain saham Astra Internasional turun Rp800 menjadi Rp68.500, saham Bukit Asam melemah Rp500 menjadi Rp16.900, dan saham Indo Tambang Mega melemah Rp450 menjadi Rp41.800.

Selain itu saham Bank Mandiri melemah Rp100 menjadi Rp14.650, saham Gajah Tunggal turun Rp100 menjadi Rp2.675 dan saham Semen Gresik turun Rp250 menjadi Rp8.750.

Cece Ridwan mengatakan, peluang indeks untuk naik masih besar bahkan diperkirakan akan dapat menyentuh level 4.000 poin, karena pelaku asing akan kembali membanjiri pasar saham Indonesia.

"Kami optimis Indonesia masih merupakan pasar potensial yang memberikan imbal hasil lebih tinggi dari pasar Asia lainnya," katanya.

(H-CS/A011)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011