Wangi-Wangi, Sultra (ANTARA News) - Direktur Perfilman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Syamsul Lussa mengatakan bahwa 2011 ini produksi film nasional diupaykan bisa mencapai 100 judul.

"Produksi film nasional kita pernah mencapai 200 judul, kemudian turun di tahun 2008 dan 2009 hingga 70-an judul dan tahun 2010 naik lagi menjadi 88 judul," katanya saat membuka Festival Film Lingkungan Internasional di Pantai Patuno, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara Rabu (26/10) malam.

Ia mengtakan, di tengah pasang surutnya produksi film nasional tersebut, produksi film impor justru mendominasi pasar film Indonesia dengan jumlah judul film yang masuk rata-rata 100-150 judul film per tahun.

"Inilah yang menjadi tantangan bagi insan-insan perfilman kita. Selain memperhatikan kekuatan tema cerita, juga harus melihat distribusi dan pasar. Artinya, setelah film diproduksi, harus terdistribusi ke pasar-pasar atau bioskop di berbagai daerah dan memenuhi keinginan konsumen atau penonton," katanya.

Syamsul berharap, melalui festival film lingkungan internasional itu, bisa menjadi era baru bagi perfilman Indonesia, sehingga produksi film nasional tidak terkalahkan oleh film impor.

"Film-film lingkungan ini, selain bisa menjadi media promosi daerah juga dapat menjadi wahana pendidikan dan hiburan bagi masyarakat," katanya.

Sementara Bupati Wakatobi, Hugua, mengungkapkan, film lingkungan yang akan diputar dalam festival yang akan berlangsung lima hari (26 hingga 30 Oktober 2011) itu, sebanyak 24 judul.

Judul film sebanyak itu terdairi 19 judul film nasional dan lima judul film internasional.

"Sembilan judul film lingkungan internasional itu, merupakan hasil karya anak-anak bangsa yang berusia 30 tahun ke bawah," ujarnya.

Festival ini, menurut Hugua, akan digelar di empat lokasi di Wakatobi, yakni Pantai Patuno, Lapangan Merdeka Wangi-wangi, Perkampungan Suku Bajo dan di lokasi pengambil gambar film `The Mirror Never Lies` di Sampela.

Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Wakatobi sendiri dalam festival ini, memutar fim fiksi berjudul, `The Mirror Never Lies" atau Cermin Tidak Pernah Bohong yang digarap oleh sutradara ternama Garin Nugroho.

Film tersebut berkisah tentang kehidupan seorang anak perempuan bernama Pakis yang tengah mencari ayahnya yang hilang saat melaut. Pakis meyakini, ayahnya suatu saat akan kembali lagi.

Di tengah keyakinan itu tutur Hugua, ibu Pakis menyatakan bahwa ayah Pakis tak akan pernah kembali lagi karena sudah mati ditelan ombak. Saat pertentangan itu, datang seorang peneliti yang hendak mengamati kehidupan lumba-lumba di daerah Pakis tinggal.

"Ketiga tokoh ini memiliki intrepretasi masing-masing terhadap kehidupan laut dan hubungan mereka satu sama lain. Jalinan kasih terjadi di antara ketiga tokoh tersebut yang membuat jalannya film itu menjadi enak dan nikmat ditonton," tutur Hugua.

Film dokumenter berujudul `The Mirror Never Lies`, menurut Hugua, masuk nominasi film terbaik di empat festival film internasional. Keempat festival tersebut masing-masing Busan International Film Festival (Korea Selatan), Tokyo International Film Festival (Jepang), Mumbai International Film Festival (India) dan Kanada International Film Festival (Kanada).

Rangkaian Festifal Film Lingkungan Internasional juga dihadiri sejumlah produser film diantaranya Mira Lesman, Riri Riza dan beberapa artis film nasional seperti Nicholas Saputra.

(T.A056/M026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011