Jakarta (ANTARA) - Sayur babanci adalah hidangan ikonik Betawi yang sudah langka dan biasa disajikan pada hari-hari istimewa. Menurut buku "Kuliner Betawi, SELAKSA RASA dan cerita", sayur babanci adalah hidangan istimewa yang disantap sebagian masyarakat Betawi saat lebaran.

Baca juga: Sayur babanci, kuliner "galau" khas Betawi

Sebutan babanci yang unik konon bermula dari sulitnya memasukkan makanan ini ke dalam klasifikasi makanan yang jelas. Disebut sayur, tapi tak ada sayuran di dalamnya. Sayur babanci juga tak bisa disebut sebagai soto, kare atau gulai.

Chef Moch Feisal Rachman dari Mercure Cikini, Jakarta, pada awal April, mengatakan ada juga anggapan bahwa nama "babanci" berasal dari gabungan kata "babah dan enci" karena sayur ini konon hanya dinikmati oleh masyarakat China yang berada.

Senada dengan anggapan ini, buku "Kuliner: Suatu Identitas Ketahanan Pangan Unik" karya Musa Hubeis dan W Kania Dewi, menyebutkan nama babanci bisa jadi berasal dari "babah dan enci" karena hanya dimasak oleh peranakan Betawi Tionghoa. Hanya orang-orang tertentu yang bisa memasak hidangan ini, contohnya adalah tuan tanah dan mandor.

Sayur babanci, yang disajikan hotel Mercure Cikini sebagai hidangan khusus Ramadhan, punya tampilan mirip dengan lontong sayur dengan warna kuning kemerahan. Isinya adalah ketupat, daging sandung lamur dan kelapa muda. Butuh banyak rempah untuk membuat sayur babanci, ada 21 bahan meliputi cabe merah besar, bawang merah, bawang putih, kemiri, kencur, lengkuas, jahe, sereh, daun jeruk, bunga bintang (star anise), asem, kunyit, terasi, daun salam dan kapulaga sebagai penguat rasa. Dari segi rasa, sayur babanci lebih condong ke arah gulai dan punya aroma rempah yang kuat.


Baca juga: Buka puasa dengan hidangan Betawi yang sudah langka di Cikini

Baca juga: Jelajah kuliner & budaya Betawi lewat tur virtual keliling ibu kota

Baca juga: Melihat proses pembuatan dodol betawi di Setu Babakan

 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022