Pekanbaru (ANTARA) - Fayyaza dan Zidane Al Nabil, siswa/i Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Pekanbaru, Riau, berhasil lolos dalam program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat yang diselenggarakan oleh Bina Antarbudaya.

"Alhamulillah dua orang anak kita berhasil lolos dalam program pertukaran pelajar, tentu ini sangat luar biasa," kata Kakanwil Kemenag Riau, Mahyudin MA kepada wartawan di Pekanbaru, Senin.

Mahyudin mengatakan, dalam kesempatan emas ini semoga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh anak-anak tersebut untuk menambah ilmu dan pengalaman serta mengembangkan akses ke Amerika Serikat.

Baca juga: IPB University gandeng universitas Ukraina bermitra pertukaran civitas

Kepala MAN 2 Kota Pekanbaru, Ghafardi SAg MPdI mengatakan, program tersebut merupakan beasiswa penuh dari US Department of States yang dikelola oleh American Councils. Keduanya akan berangkat pada tahun 2022.

"Kami bangga atas capaian luar biasa dari siswa/i MAN 2 Kota Pekanbaru. Bisa menjadi contoh yang baik dan penyemangat bagi siswa yang lain untuk bisa mengikuti jejak mereka," kata Ghafardi.

Selain itu, katanya lagi, madrasah juga sangat mendukung siswa-siswi yang ingin melakukan pertukaran pelajar seperti ini dan perizinannya juga dimudahkan.

Baca juga: Beasiswa belajar ke Amerika Serikat diraih pelajar madrasah Pekanbaru

Fayyaza siswa kelas XI MIPA 7 Riset yang berasal dari Kabupaten Rokan Hilir, lolos melalui program Kennedy Lugar Youth Exchange & Study (KL-YES) 2022. Ia akan tinggal di negeri Paman Sam selama satu tahun lebih dan berangkat pada Agustus 2022.

"Pengalaman organisasi yang banyak dan juga prestasi jadi salah satu faktor pendukung untuk bisa lolos di program ini," jelas Ketua Majelis Perwakilan Kelas (MPK) MAN 2 Kota Pekanbaru.

Baca juga: Dindik Jatim liburkan siswa pertukaran pelajar ke Eropa

Berbeda dengan Nabil, siswa yang punya impian belajar ke luar negeri dari kecil ini lolos di program Academic Leadership Experience (ALEX) dan akan berangkat pada Juli 2022. Program yang diambil Nabil sempat tertunda karena pandemi COVID-19.

Ia seharusnya berangkat pada tahun 2020 dan sempat diadakan program secara virtual.

"Karena mungkin dianggap kurang maksimal akhirnya pihak penyelenggara mengundang kembali peserta yang batal berangkat untuk mengikuti program jangka pendek ALEX ini selama kurang lebih dua minggu di Washington," kata Nabil. 

Pewarta: Frislidia
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2022