Palembang (ANTARA News) - Pusat Layanan Media (MPC) SEA Games XXVI di lantai lima Gedung Bank Sumsel di komplek olahraga Jakabaring, Palembang, masih kosong pada Rabu, hanya terlihat sederetan kursi dan meja tanpa alas.

Tidak ada tanda-tanda bahwa di ruang berukuran sekitar 200m persegi tersebut akan dijadikan ruang kerja bagi ratusan wartawan dalam dan luar negeri, meski di dinding terdapat tempelan kertas putih bertuliskan "MPC".

Liu Anyuan dan Yeap Chin Tiong, wartawan dan fotografer harian Lianhe Zaobao, Singapura, terlihat sibuk menyiapkan laporan mereka, tapi mereka bekerja di sebuah meja kayu yang masih kasar dan belum diberi alas, sementara ruangan di sekitar mereka terlihat masih kosong.

"Saya tidak bisa mengakses internet untuk mengirim berita ke kantor saya karena ternyata di sini belum disediakan akses. Sebelumnya kami beranggapan setidaknya tiga hari menjelang pembukaan kami sudah bisa bekerja di MPC ini," kata Chin Tiong yang mengaku sudah sepekan berada di Palembang.

"Tapi setidaknya sudah ada perkembangan karena kemarin waktu saya datang ke ruangan ini, saya hanya mendapati ruang yang kosong melompong, tapi sekarang sudah ada meja ini," kata Liu Anyuan sambil tersenyum.

Serombongan wartawan asing dari Thailand, Vietnam, dan Filipina hanya bisa terheran-heran ketika mereka harus menemui kenyataan bahwa ruangan tempat mereka bekerja hanya berupa sebuah ruang besar tanpa fasilitas apa pun. Selain belum ada jaringan akses Internet, bahkan telepon.

Oliver, seorang reporter dari TV5 Filipina mengaku kelabakan karena ternyata ia dan rekan-rekannya tidak bisa mengirim rekaman ke negara mereka.

"Kami sudah membuat banyak stok berita mengenai berbagai hal seperti persiapan atlet Filipina serta cerita tentang hal-hal khas di Palembang ini, ternyata kami belum bisa mengirim gambar, padahal besok (Kamis) kami sudah harus siaran langsung," kata Oliver.

Oliver mengakui bahwa ia tidak tahu apa masalah yang sedang dihadapi oleh tuan rumah Indonesia sehingga segala fasilitas yang sangat vital bagi para pekerja media, sama sekali belum bersedia. Mereka juga tidak tahu sampai kapan kondisi tersebut bisa diatasi oleh panitia besar SEA Games (INASOC).

"Kami hanya berharap agar panitia bisa segera mengatasi masalah ini karena kami sendiri bingung dan tidak tahu harus berbuat apa," kata Oliver.

Segala keluh kesah dan kesulitan yang dihadapi wartawan asing tersebut disampaikan kepada Ketua Panitia SEA Games 2011 Rita Subowo yang juga Ketua Umum KONI Pusat itu.

Rita bersama rombongan secara mendadak mengunjungi lantai empat sampai tujuh di gedung berlantai 16 itu untuk melihat secara langsung persiapan panitia, terutama yang berhubungan dengan pusat media, baik cetak maupu elektronik.

Saat berkunjung ke ruang kerja Vietnam TV (VTV), Rita secara khusus menyampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh wartawan peliput SEA Games karena belum bersedianya fasilitas vital bagi mereka.

"Atas nama panitia saya menyampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan ini dan kami sedang berusaha keras untuk mengatasinya. Saya berharap segala sesuatunya sudah diatasi saat upacara pembukaan," kata Rita.

Seorang petugas yang bertugas memasang instalasi internet dan fasilitas komunikasi yang tidak bersedia disebutkan namanya mengakui bahwa ia hampir tidak punya kata-kata lagi untuk menggambarkan bagaimana parahnya persiapan di bagian pelayanan media.

"Sebagai bawahan saya hanya mendapat perintah untuk melaksanakan tugas. Kalau boleh jujur, saya tidak yakin kalau semua ini tidak akan selesai menjelang upacara pembukaan. Kalau pun selesai, pasti acak-acakan," kata pria bertubuh kurus itu.

Sementara itu petugas pelayanan gedung yang mengaku bernama Fifi mengakui bahwa ia harus menghadapi banyak pertanyaan dari para wartawan asing berhubungan dengan pelayanan media.

"Saya adalah pegawai manajeman gedung, bukan panitia INASOC, tapi saya heran sama sekali tidak ada petugas INASOC yang ditugaskan disini," kata Fifi.

Namun Liu Anyuan dan Yeap Chin Tiong, dua wartawan dari Singapura tersebut, ternyata tidak terlalu mempermasalahkan buruknya fasilitas di MPC karena ia masih bisa mengatasi dengan caranya sendiri.

"Saya masih bisa bekerja dengan tidak mengandalkan fasilitas di MPC ini, saya telah membeli modem sendiri dengan operator lokal disini. Transportasi juga tidak masalah karena saya menyewa mobil beserta sopir. Yang menjadi masalah bagi saya hanya soal bahasa. Susah sekali mencari petugas yang bisa berbahasa Inggris," katanya.

(A032/I015)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011