Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 542 medali emas mulai direbutkan sekitar 4000 atlet yang akan berlaga dalam 44 cabang pada SEA Games ke-26 yang resmi dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 11 November 2011.

Indonesia menjadi tuan rumah untuk yang keempat kalinya setelah sebelumnya pada 1979, 1987 dan 1997, ketika Indonesia tampil sebagai juara umum pada ketiga event itu.

SEA Games sebelumnya bernama Southeast Asian Peninsular Games atau SEAP Games, dicetuskan Laung Sukhumnaipradit, pada saat itu Wakil Presiden Komite Olimpiade Thailand, yang bertujuan untuk mengeratkan hubungan antarnegara kawasan ASEAN.

Thailand, Burma (sekarang Myanmar), Malaysia, Laos, Vietnam dan Kamboja (dengan Singapura dimasukkan kemudian) merupakan negara pelopor, ketika SEAP Games pertama diadakan di Bangkok 12-17 Desember 1959, diikuti lebih dari 527 atlet dan atlet dari Thailand, Burma, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Laos, berlaga dalam 12 cabang olahraga.

Pada SEAP Games VIII 1975, Federasi SEAP mempertimbangkan masuknya Indonesia dan Filipina dan akhirnya kedua negara ini masuk secara resmi pada 1977 dan Brunei dimasukkan pada SEA Games X di Jakarta dan Timor Leste di SEAG XXII di Hanoi, Vietnam.

Ketika pertama kali sebagai tuan rumah pada 1997, Indonesia langsung tampil sebagai juara umum empat kali berturut-turut, kemudian pada SEAG XII di Bangkok, tuan rumah mengambil alih posisi puncak raihan medali. Tapi pada empat SEAG berikutnya, Indonesia kembali sebagai juara umum.

Pada 1995 di Chiang Mai, Thailand sebagai tuan rumah kembali berjaya dan dua tahun berikutnya di Jakarta, Indonesia kembali menggeser negara Gajah itu. Setelah itu, pada enam SEAG berikutnya, secara berurutan tampil sebagai juara umum Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, Thailand dan Thailand.

Indonesia kembali berusaha mengembalikan supremasi harumnya olahraga nasional di kancah internasional, saat menjadi tuan rumah di Jakarta dan Palembang pada 11 ? 23 November 2011. Tapi jangan dulu berharap terlalu banyak, karena media asing sudah mencium masalah yang dihadapi tuan rumah.

Laporan media asing
Penyelenggara event SEA Games menyatakan acara itu akan berlangsung sukses, tetapi segepok masalah terjadi, termasuk korupsi dan ancaman tidak siapnya beberapa tempat pertandingan (venues) sehingga mengancam keberhasilan itu menjadi tertawaan.

Demikian laporan wartawan kantor berita Prancis, AFP, Kamis siang, menyangkut persiapan Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan event olahraga akbar yang dihadiri 11 negara anggota ASEAN itu.

"Kiprah SEA Games ke-26 menjadi buruk sejak bendahara partai berkuasa didakwa menerima suap sebesar tiga juta dolar dari perusahaan tender pembangunan wisma atlet, yang kemudian menghilang ke Kolumbia," lapor AFP.

Potensi tidak sukses itu, seperti yang pernah memalukan India ketika menyelenggarakan pesta olahraga Negara Persemakmuran, semakin terlihat dari belum siapnya tempat pertandingan serta tidak cukupnya penginapan untuk atlet dan tamu negara itu.

Dalam kerepotan mempersiapkan kebutuhan itu, Indonesia menyiapkan kapal untuk tempat tidur ofisial dan media, sedangkan atlet sepak bola dari beberapa negara dilaporkan keracunan makanan di hotel bintang lima tempat mereka menginap.

Dengan slogan "United and Rising", SEA Games dirancang sebagai bangkitnya kekuatan Indonesia, dengan bangunnya perekonomian di negara berpenduduk 245 juta jiwa itu.

"Tuhan yang menginginkan event ini berlangsung dengan semestinya. Kami sudah bekerja keras dengan berbagai kesulitan yang dihadapi. Tapi saya yakin SEAG akan berjalan dengan baik," kata Ketua Inasoc Rita Subowo seperti disiarkan AFP.

"Kami akhirnya menyelesaikan beberapa tempat pertandingan termasuk penyelesaikan akhir catatan watu dan matras untuk cabang gulat," katanya.

Tapi kritikan mulai bermunculan.

Rabu, ofisial olahraga Filipina menyatakan bahwa event itu merupakan "paling kacau" sepanjang sejarah, seperti dilaporkan harian Filipina, Daily Inquirer, ketika menyinggung parahnya tentang penginapan dan transport, merupakan masalah paling hebat.

Koran Singapura Straits Times melaporkan keracunan makanan melanda para pemain sepak bola dari Singapura, Malaysia, Kamboja dan Indonesia, yang menginap di hotel berbintang di Jakarta.

Ketika obor SEAG tiba di Palembang, koresponden AFP menyaksikan ribuan pekerja masih bekerja keras di beberapa tempat termasuk untuk menyelesaikan pengaliran air (drainage).

Di Jakarta, sekitar 500 kilometer dari Palembang, sekitar 12.000 atlet, ofisial dan media akan berlalu-lalang, belum lagi ditambah ribuan penonton. Masalah kemacetan lalu lintas jadi hambatan utama, sehingga para siswa sekolah diliburkan. Tapi itu kelihatannya tidak menyelesaikan masalah.

Laporan media nasional Rabu menyebutkan, hingga petang itu pusat layanan media (MPC) di Gedung Bank Sumsel di Jakabaring, Palembang, masih kosong peralatan sedangkan wartawan asing sudah mulai berdatangan.

Ruang kesehatan, ruang kerja media, menara serta tolitet pada arena perlombaan dayung di Karawang pun hingga Rabu petang belum selesai, tapi Menpora Andi Mallarangeng menyatakan yakin kekurangan itu akan terpenuhi Kamis sementara awal laga di tempat itu diundur dari Kamis menjadi Jumat.

Setidaknya, semua kritikan ini menjadi "otokritik" bagi semua pihak yang terlibat langsung atau tidak, agar saling mendukung terejawentahkannya dwi sukses sebagai tuan rumah, yaitu sukses mendulang medali dan sukses sebagai negara penyelenggara.
(ANT)


Pewarta: A.R. Loebis
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011