Padang (ANTARA) - Tim Unit Penyelamatan Alam Liar Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat menyita tiga burung beo mentawai (Gracula religiosa batuensis) yang merupakan satwa yang dilindungi dari dalam lambung kapal ambu-ambu di Pelabuhan Bungus Padang, yang dibawa pelaku dari Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai.

Kepala BKSDA Sumatera Barat, Ardi Andono, melalui siaran pers yang diterima di Padang, Selasa, mengatakan, penyitaan satwa dilindungi pada Minggu (24/4/2022) itu berawal dari informasi dari petugas Balai Taman Nasional Siberut yang menyebutkan ada warga membawa delapan burung beo memanfaatkan momen mudik lebaran melalui kapal penumpang.

Baca juga: Polisi sita burung dilindungi yang hampir punah dari warga Mukomuko

Dari informasi tersebut, petugas BKSDA Sumatera Barat bergerak menuju Pelabuhan Angkutan Sungai Dan Penyeberangan Bungus pada Minggu dini hari. Sesampai di lokasi, petugas melakukan penyergapan di Kapal Ambu dan mendapatkan tiga burung beo mentawai yang ditinggalkan oleh pelaku yang telah melarikan diri.

Selanjutnya ketiga beo dilindungi itu dirawat di Tempat Transit Satwa Padang, selanjutnya akan dilepasliarkan di Taman Nasional Siberut.

Baca juga: Dilepasliarkan, 25 ekor burung dilindungi di Maluku Utara

Sebelumnya pada Sabtu (23/4/2022), petugas BTN Siberut berhasil menggagalkan penyelundupan lima beo mentawai di Pelabuhan Simailepet yang hendak dibawa ke Padang di kapal, dan burung dilindungi itu langsung dilepasliarkan.

Beo mentawai termasuk jenis satwa yang dilindungi berdasarkan Permen LHK Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Satwa ini dilindungi karena sudah terancam punah, perburuan akan beo Mentawai ini sangat tinggi mengingat suara dan bentuknya yang khas dan unik.

Baca juga: Tim gabungan gagalkan penyelundupan ribuan burung di Lampung

Andono mengimbau agar masyarakat untuk tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa dilindungi dalam keadaan hidup atau mati ataupun berupa bagian tubuh, telur dan merusak sarangnya yang semua ini tercantum dalam UU Nomor 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemya.

Jika melanggar sanksi hukumnya berupa pidana penjara paling lama Lima tahun dan denda paling sebesar Rp100 juta.
 

Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2022