Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia bertahan pada kenaikan kecil pada perdagangan Jumat pagi, berkat sesi Wall Street yang solid, tetapi masih bersiap untuk bulan terburuk dalam dua tahun, karena kekhawatiran pertumbuhan China dan kenaikan suku bunga AS menekan sentimen dan mengirim dolar safe-haven melonjak.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen pada Jumat pagi, setelah pendapatan yang kuat dari induk Facebook Meta Platforms telah mendorong Nasdaq 3,0 persen lebih tinggi semalam.

Pasar Jepang dan Indonesia tutup untuk liburan.

Sentimen keseluruhan masih rapuh dengan Nasdaq berjangka turun sekitar 1,0 persen di awal perdagangan Asia, tertekan oleh pendapatan mengecewakan dari Amazon setelah penutupan pasar.

Keuntungan Jumat adalah marjinal dibandingkan dengan aksi jual brutal di saham global dalam beberapa pekan terakhir. Patokan regional Asia menuju penurunan 2,0 persen minggu ini dan penurunan 7,3 persen untuk bulan ini, bulan terburuk sejak Maret 2020.

Saham Shanghai (SSEC) naik 0,2 persen, tetapi berada di jalur untuk penurunan 8,1 persen untuk bulan ini, terburuk sejak Januari 2016.

"Ada empat katalis jangka pendek yang mendorong pasar saat ini: laporan laba AS yang hampir setengah jalan, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan banyak pembicaraan hawkish dari Fed, perang Ukraina, dan kebijakan China," kata Fook-Hien Yap, ahli strategi investasi senior di Standard Chartered Wealth Management.

Salah satu fokus utama adalah pertemuan Politbiro China yang akan datang, badan pembuat keputusan tertinggi di negara itu, karena pasar mencari lebih banyak tanda dukungan ekonomi. Tetapi para analis mengatakan strategi nol-COVID Beijing membatasi pilihan pembuat kebijakan karena rantai pasokan berantakan, sementara operasi di banyak pabrik dan pergerakan masyarakat telah dibatasi.

Beijing menutup beberapa sekolah dan ruang publik pada Kamis (28/4/2022), karena sebagian besar dari 22 juta penduduk ibu kota China harus menjalani pengujian COVID-19 massal yang bertujuan untuk menghindari penguncian seperti Shanghai.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS diperdagangkan dalam kisaran baru-baru ini, sedikit di bawah puncaknya yang dicapai minggu lalu.

Imbal hasi acuan obligasi pemerintah AS 10 tahun menyelesaikan sesi AS di 2,8205 persen, setelah mencapai setinggi 2,981 persen pada 20 April. Imbal hasil dua tahun berada di 2,6132 persen.

Mereka tidak berdagang di Asia pada Jumat karena liburan di Tokyo.

Minggu ini juga merupakan minggu yang bergejolak untuk mata uang. Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama lainnya melemah di 103,56, setelah mencapai 103,93 pada Kamis (28/4/2022), level tertinggi sejak akhir 2022.

Kenaikan bulanan indeks saat ini sebesar 5,2 persen akan menjadi yang terbaik sejak 2012.

Di atas tawaran aman untuk dolar, reli juga didorong oleh ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga 150 basis poin hanya dalam tiga pertemuan Federal Reserve. Jalur pengetatan Fed yang agresif, terutama untuk mengurangi inflasi yang tinggi, jauh melampaui langkah bank sentral global lainnya.

Penguatan dolar baru-baru ini adalah yang paling signifikan terhadap yen, dan melewati level psikologis utama 130 yen pada Kamis (28/4/2022), menetapkan level tertinggi baru 20 tahun. Dolar juga mencetak level tertinggi lima tahun terhadap euro.

Harga minyak tetap berombak karena para pedagang bergulat dengan masalah pasokan yang berasal dari perang di Ukraina serta dampak permintaan dari penguncian di China.

Minyak mentah Brent turun 0,55 persen pada Jumat pagi menjadi 107,00 dolar AS per barel, tetapi masih bersiap untuk kenaikan bulan keempat berturut-turut. Minyak mentah AS turun 0,6 persen menjadi 104,68 dolar AS per barel.

Emas spot menguat 0,36 persen menjadi 1.901,80 dolar AS per ounce.

Baca juga: Saham Asia melemah tertekan kekhawatiran pertumbuhan global

Baca juga: Saham Asia merosot tertekan sikap pengetatan agresif Fed

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022