... Ada kemungkinan inflasi bisa turun lagi, sehingga memberikan peluang agar suku bunga kembali menurun. Kebijakan moneter suku bunga dapat mendorong konsumsi domestik...
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia diakui dunia mampu memelihara tingkat pertumbuhan ekonomi secara rerata di atas enam persen pertahun. Hal yang membantu capaian itu salah satunya adalah konsumsi domestik yang kuat, dan ini masih memberi kontribusi besar dalam capaian tingkat pertumbuhan ekonomi hingga 6,7 persen pada 2012.

"Sumber konsumsi domestik akan mendorong ekonomi lebih besar pada 2012," ujar Kepala Ahli Ekonomi Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank/ADB), Edimon Ginting, di Jakarta, Kamis. 

Edimon menjelaskan laju inflasi yang terjaga dan cenderung menurun, memberikan ruang bagi otoritas moneter untuk menurunkan suku bunga dan mendukung peningkatan permintaan domestik.

"Ada kemungkinan inflasi bisa turun lagi, sehingga memberikan peluang agar suku bunga kembali menurun. Kebijakan moneter suku bunga dapat mendorong konsumsi domestik," ujarnya.

Ginting menyatakan, pemerintah perlu mengundang minat investor asing terutama pada sektor industri untuk membantu stabilitas pertumbuhan ekonomi di tengah potensi memburuknya ekonomi global.

"Investasi bisa datang ke Indonesia karena saat ini fundamental dan situasi pasar sedang bagus," ujarnya.

Ia melanjutkan pemerintah perlu memberikan stimulus untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur serta memperbaiki kualitas pengeluaran anggaran atau melakukan "switching" terhadap anggaran yang tidak bisa terserap untuk kepentingan ekonomi.

Namun, menurut dia, perkiraan pertumbuhan pada 2012 menjadi jauh lebih sulit karena gejolak ekonomi di Eropa diprediksi masih berlangsung hingga tahun depan.

Ia memprediksi Indonesia hanya mencapai perkiraan angka 6,3 hingga 6,7 persen karena kontribusi ekspor yang menurun serta potensi pelambatan investasi.

"Pertumbuhan ekspor yang tinggi pada tahun ini akan sulit tercapai tahun depan. Pemerintah berupaya melakukan diversifikasi ekspor ke Afrika dan Amerika Latin, tapi akan sulit mengingat produk Indonesia masih relatif baru di pasar tersebut," ujarnya.  (ANT)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011