Denpasar (ANTARA News) - Perusahaan operator telekomunikasi PT Bakrie Telecom mendaur ulang 40 ton baterai yang sebelumnya digunakan untuk menggerakkan jaringan pemancar (base tranceiver station/BTS).

"Dalam gerakan Hijau Untuk Negeri, kami punya target untuk menggunakan kembali atau mendaur ulang 75 persen dari limbah elektronik yang dihasilkan oleh `IT and Network` selama 2011. Yang kami lakukan saat ini merupakan bagian dari pencapaian target tersebut," kata Direktur Pelayanan Bakrie Telecom, Rakhmat Junaidi, dalam siaran persnya yang diterima ANTARA di Denpasar, Selasa.

Menurut dia, dalam mendaur ulang baterai bekas itu, pihaknya menggandeng PT Muhtonas sebagai mitra usaha yang telah memiliki sertifikat dan pengalaman dalam mendaur ulang berbagai limbah berbahaya, termasuk baterai BTS.

Dengan melakukan proses daur ulang terhadap 40 ton baterai bekas itu, pihaknya akan konsisten berupaya menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan dan menjadikannya sebagai operator telekomunikasi hijau (green operator).

Sebagai operator telekomunikasi, lanjut dia, Bakrie Telecom banyak memanfaatkan peralatan teknologi informasi dan jaringan. "Dengan jumlah BTS sekitar 3.900 unit dan pusat pelayanan yang tersebar di 82 kota di seluruh Indonesia, tentunya dibutuhkan dukungan peralatan andal dan terus ditingkatkan kemampuannya," katanya.

Rakhmat mengemukakan bahwa setiap peralatan teknologi informasi dan jaringan memiliki batas waktu operasional. Setelah batas waktunya terlewati, maka harus dilakukan upaya terkontrol karena peralatan tersebut mengandung material kimia, metal, dan lainnya yang berpotensi mencemari lingkungan dan kesehatan.

"Oleh karena itu, aktivitas green operator dalam payung gerakan Hijau Untuk Negeri harus memastikan semua limbah operasi dan elektronik tersebut terkelola dan terkontrol dengan baik," katanya.

PT Muhtonas yang menjadi mitra Bakrie Telecom merupakan perusahaan yang mengantongi izin pengelolaan dan pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Selain dengan Muhtonas, Bakrie Telecom juga bekerja sama dengan Prasadha Pramana Limbah Industri (PPLI) dalam penanganan pembuangan limbah elektronik secara tepat.

Rakhmat menjelaskan bahwa saat ini Bakrie Telecom merupakan operator telekomunikasi pertama yang bekerja sama dengan perusahaan yang juga mendapat sertifikat lingkungan hidup dalam pengolahan dan penghancuran limbah.

"Di samping, baik secara lingkungan, upaya pengelolaan limbah lingkungan itu juga memiliki nilai bisnis. Dengan melakukan daur ulang baterai BTS, kami bisa mengontrol secara efektif dan efisien proses produksi, penyimpanan, dan pengiriman produk di gudang," katanya.

Menurut dia, kontrol efektif pada proses penyimpanan dan distribusi di gudang mampu menjaga persediaan dalam level yang ideal. Akibatnya biaya penyimpanan dan biaya distribusi bisa dikurangi dan terjadi penghematan biaya yang cukup signifikan.

"Upaya ini tidak hanya menghemat sumber daya, melainkan juga menghemat biaya. Kami bisa hemat hingga 33 persen dari ongkos produksi. Jadi, kepedulian pada lingkungan bisa selaras pula dengan nilai strategis bisnis," katanya.
(Tz.M038)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011