Purwokerto (ANTARA) - Penularan penyakit mulut dan kuku pada ternak sapi harus diantisipasi bersama-sama dengan semaksimal mungkin, kata pakar peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Profesor Akhmad Sodiq.

"Penyakit mulut dan kuku itu kan sangat berbahaya sekali. Pemerintah Indonesia sudah ekstra berhati-hati agar itu (penyakit mulut dan kuku, red.) tidak terjadi," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.

Bahkan, kata dia, ikhtiar yang dilakukan pemerintah agar Indonesia bebas dari penyakit mulut dan kuku itu berlangsung lama.

Setelah bebas dari penyakit mulut dan gigi, lanjut dia, ikhtiar yang dilakukan adalah berhati-hati terhadap kemungkinan munculnya penyakit itu.

"Tetapi ini (penyakit mulut dan kuku, red.) kan muncul lagi, sehingga antisipasinya harus diupayakan bersama antara pemerintah, 'stakeholder' (pemangku kepentingan), terutama untuk peternak dan importir," kata Akhmad Sodiq yang terpilih sebagai Rektor Unsoed untuk periode 2022-2026.

Menurut dia, sapi impor dari negara-negara yang belum bebas dari penyakit mulut dan kuku itu riskan menyebabkan penularan.

Baca juga: Menkes: Penyakit mulut dan kuku sangat jarang menular ke manusia

Oleh karena itu, kehatin-hatian harus dilakukan saat impor terutama untuk ternak hidup maupun daging termasuk olahan dan sebagainya.

Terkait dengan hal itu, Profesor Sodiq mengatakan pos pemantauan lalu lintas ternak di seluruh wilayah Indonesia harus melakukan pengawasan secara ketat.

"Itu karena penyebarannya (penyebaran penyakit mulut dan kuku, red.) tidak kelihatan. Saat ternak dibawa, peternak kan enggak tahu apakah ternak itu bawa penyakit atau tidak," kata Konsultan Bank Indonesia untuk Program Pemberdayaan Ekonomi Daerah dan Program Pengembangan Klaster Sapi Potong di Purwokerto itu.

Terkait dengan penyakit mulut dan kuku yang menyerang seribuan ternak sapi di Jawa Timur, dia mengatakan wilayah Jatim merupakan sentra ternak sapi potong karena populasinya paling banyak, sehingga harus berhati-hati.

Dalam hal ini, penyakit mulut dan kuku dilaporkan telah menyerang 1.247 ekor ternak sapi di Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto, Jawa Timur, pada awal bulan Mei 2022.

"Artinya, mobilisasi ternak sebagian besar dari Jawa Timur. Kalaupun itu berasal dari luar Jawa sampai masuk ke sentra konsumsi di Jawa Barat maupun DKI, itu kan melalui Jawa Timur, sehingga kehati-hatian sangat diperlukan," kata Dewan Pakar Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia itu.

Baca juga: 15 ekor sapi di Boyolali positif terjangkit penyakit kuku dan mulut

Selain itu, kata dia, dalam waktu dekat akan ada Hari Raya Idul Adha sehingga kehati-hatian harus benar-benar menjadi perhatian agar tidak terjadi penyebaran penyakit mulut dan kuku terhadap ternak yang akan dijadikan hewan kurban.

Disinggung mengenai kemungkinan wabah penyakit mulut dan kuku itu akan memicu kenaikan harga daging sapi, dia mengatakan potensi tersebut tetap ada namun variabel penyebab kenaikan harganya cukup banyak.

"Yang paling utama untuk diantisipasi adalah penyebarluasan penyakit. Kalau masalah kenaikan harga, nanti kan intervensinya banyak faktor, mengenai 'supply and demand' (pasokan dan permintaan), kemudian juga ketersediaan apakah ternak-ternak yang berasal dari luar negeri itu dibatasi, kalau dibatasi berarti kan pasokan di dalam negeri akan sedikit, sehingga berpotensi terhadap kenaikan harga," kata dia.

Baca juga: Gubernur Jatim: Segera lapor jika temui ternak terindikasi PMK
Baca juga: Khofifah imbau peternak mengarantina hewan untuk proteksi penularan
Baca juga: Pemerintah sudah bisa kendalikan penyebaran PMK

Pewarta: Sumarwoto
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022