Kami terus memerangi kebodohan agar bangsa ini menjadi pintar atau keluar dari gelap menuju cahaya sebagaimana Surat Al-Baqarah ayat 257
Pandeglang (ANTARA) -
Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Islam Matlha'ul Anwar yang berpusat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Banten, tetap konsen mencetak sumber daya manusia (SDM) anak bangsa yang memiliki karakter dan berakhlak karimah dalam usia lebih dari seabad.
 
"Kami terus memerangi kebodohan agar bangsa ini menjadi pintar atau keluar dari gelap menuju cahaya sebagaimana Surat Al-Baqarah ayat 257," kata Ketua Umum Pengurus Besar Matlha'ul Anwar KH Embay Mulya Sarief saat memperingati Milad Ke-109 Matlha'ul Anwar di Menes, Pandeglang, Kamis.
 
Ormas Islam Mathla’ul Anwar didirikan 10 Ramadhan 1334 Hijriah atau 10 Juli 1916 oleh KH E Mohammad Yasin, KH Tb Mohammad Sholeh dan KH Mas Abdurrahman serta dibantu oleh sejumlah ulama dan tokoh masyarakat di daerah Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.
 
Pendirian Mathla’ul Anwar berselang empat tahun setelah berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding NU. Kehadiran Matlha'ul Anwar yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan sosial untuk mengabdikan kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila.

Baca juga: Masjid Al Khusaeni Pantai Carita Banten mendunia
 
Para lulusan Perguruan Matlha'ul Anwar tersebar di Tanah Air dan para santri berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Para alumninya itu kini di antaranya menjadi ulama, ustadz, pejabat pemerintahan, legislatif, ASN, TNI, Polri hingga pengusaha. Bahkan, para alumninya mendirikan perguruan tinggi, seperti di Jakarta, Lampung, Papua dan Lampung.
 
Namun, saat ini Matlha'ul Anwar cukup prihatin sehubungan sesama anak bangsa saling bermusuhan, padahal dalam sejarah perjuangan bangsa ini terdiri dari 200 lebih kerajaan yang terpisah-pisah di 17 ribu pulau dan 700 bahasa daerah yang memiliki perbedaan agama, bahasa, budaya, sosial dan adat, tetapi mereka bersatu berada di negara Indonesia.
 
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia patut bersyukur ditakdirkan menjadi bangsa ini yang majemuk dan keanekaragaman. Meski bangsa ini majemuk dan keanekaragaman, tetapi bersatu untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik dan disegani dunia.

Baca juga: Masjid Adzikri Muruy Menes kini berusia satu abad lebih
 
"Kita terus perkuat persatuan dan kesatuan bangsa ini, karena Islam sangat mencintai persatuan, kedamaian juga persaudaraan," katanya.

Sementara itu, Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisasi Pengurus Besar Mathla'ul Anwar (PBMA) Mohammad Zen mengatakan Ormas Islam Matlha'ul Anwar yang kini berusia 109 tahun lalu atau sebelum Indonesia merdeka lahir di desa kecil yaitu Menes di kaki Gunung Pulosari sebagai pusat peradaban prasejarah dengan ditemukan Archa Sangiang Dengdeng dan kini berada di Museum Nasional.
 
Menes adalah warisan peradaban sejarah, bahkan penelitian Cornelis Marianus dari Belanda tahun 1913 telah ditemukan Archa Sangiang Dengdeng di lereng Gunung Pulosari. Bahkan, Menes juga memiliki nama gelar dan tidak ada di daerah lain, gelar itu namanya Entoel.
 
"Saya kira Menes itu sebagai pusat warisan peradaban sejarah juga pusat pendidikan Matlha'ul Anwar yang melahirkan SDM-SDM unggul untuk membangun kemajuan bangsa," katanya.

Baca juga: Masjid Cikoneng Menes tempat penyebaran Islam di Pandeglang

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022