Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Agus Martowardojo tidak khawatir dengan cadangan devisa negara dalam denominasi dolar AS, meski nilai tukar "greenback" ini tertekan krisis global.

"Tapi memang kalau seandainya ada kondisi global yang naik dan turun itu sesuatu yang wajar," kata Agus Martowardjojo di Jakarta, Selasa, terkait dengan fluktuasi nilai tukar dolar seiring dengan lesunya perekonomian global.

Namun, kata Agus Marto, kondisi dolar AS yang fluktuatif tetap akan menjadi kajian antara pemerintah dan Bank Indonesia.

Sebagai informasi, cadangan devisa Indonesia kembali berkurang per akhir Oktober 2011 menjadi 114 miliar dolar AS. Posisi ini lebih rendah dari posisi bulan sebelumnya yaitu 114,5 miliar dolar AS. Tapi, jika dihitung dari posisi Januari 2011, posisi cadangan devisa naik 18,7 miliar dolar AS. Posisi tertinggi tercatat pada Agustus, yaitu 124,5 miliar dolar AS.

"Jadi bahwa cadangan devisa kita di bulan Oktober sedikit menurun dibandingkan bulan Agustus. Itu pun sesuatu yang wajar walaupun kita sendiri itu adalah `domain` di BI dan kita hormati," tuturnya.

Agus justru optimistis akhir tahun nanti cadangan devisa akan mencapai 120 miliar dolar AS.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyatakan mayoritas cadangan devisa (cadev) yang dimiliki Bank Indonesia, yakni sekitar 55 persen dalam bentuk dolar AS.

"Sebenarnya cadangan utama kita masih dolar AS. Mungkin antara 55 persenan. Sisanya, macam-macam, ada dolar Australia dan lain-lain," ucapnya.

Darmin menuturkan, komposisi cadev tersebut juga melihat komposisi utang pemerintah. Jika pemerintah perlu mata uang tertentu untuk bayar bunga dan cicilan utangnya, BI bisa menyediakannya.

Terkait likuiditas valuta asing (valas) yang makin mengetat, mengingat pada akhir tahun banyak perseroan memerlukan valas untuk membayar utang jatuh tempo, Darmin mengatakan, BI akan turun ke pasar untuk memenuhi kebutuhan valas mereka.

Namun, lanjut Darmin, pada akhir tahun ini kebutuhan valas tidak jauh beda dengan bulan-bulan sebelumnya.

Untuk memenuhi kebutuhan valas di pasar, BI telah menyiapkan sejumlah langkah. "Kalau rupiah berlebih, kita tarik rupiah. Kalau dolar AS kurang, kita sediakan dolar AS. Kalau SUN harga jatuh, kita beli. Itu pekerjaan BI dari jam ke jam," katanya.

(KR-TRT/B012)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011