Memang kami mengakui kami kalah secara ranking, pengalaman dan jam terbang

Pelatih tunggal putri Indonesia Herli Djaenudin mengakui bahwa tim putri Indonesia masih kalah kelas dibandingkan Thailand, yang mempunyai lebih banyak pemain berpengalaman.

“Pemain kami masih muda-muda, seperti Stephanie Widjaja yang baru berusia 19 tahun dan rankingnya masih di posisi 200-an. Memang kami mengakui kami kalah secara ranking, pengalaman dan jam terbang,” ungkap Herli.

Menurut Herli, para pemain muda itu memang harus sering diikutsertakan dalam turnamen internasional demi menambah jam terbang, mencari poin, dan memperbaiki posisi ranking. Namun kata dia saat ini cukup sulit untuk mencari kejuaraan yang sesuai dengan ranking pemain saat ini.

Hanya Gregoria Mariska pemain tunggal putri senior yang bisa turun dalam turnamen level tinggi. Sementara pemain di bawahnya harus mencari kompetisi lain seperti international challenge atau turnamen level Super 100.

“Tentunya kami fokus ke pemain muda sekarang dan kami harus memberi mereka kesempatan bertanding karena terus terang di tunggal putri yang senior cuma Gregoria Mariska. Satu-satunya cara kami kirim ke turnamen yang pas dan sesuai dengan ranking mereka agar mereka bisa mencari poin,” ujarnya.

Hasil di Vietnam bukan yang pertama kalinya tim putri Indonesia kalah di final dan gagal membawa pulang medali emas. Kegagalan itu itu terjadi berulang-ulang bahkan sampai enam kali edisi SEA Games, maka sudah saatnya PP PBSI selaku federasi bulu tangkis Indonesia untuk fokus mematangkan pemain muda.

Tidak hanya cukup dengan latihan keras dan memiliki tekad kuat, Putri KW, Stephanie Widjaja, dan pemain muda lainnya juga perlu diberi kesempatan bertanding di ajang bulu tangkis internasional sebanyak mungkin.


Baca juga: Hasil bulu tangkis SEA Games: 9 wakil Indonesia ke perempat final

Copyright © ANTARA 2022