... Kalau ada umat Hindu yang meninggal dan dilanjutnya upacara pengabenan, warga Kristiani wajib membantu kelancarannya...
Denpasar (ANTARA News) - Kecintaan masyarakat Bali pada produk budayanya sendiri tidak usah diragukan, termasuk dalam menghadapi perayaan Natal kali ini. Seusai melakukan peribadatan, umat Kristiani setempat juga bersantap bersama, namun dengan.... makanan tradisional Bali.

Demikianlah, jika dilihat dari sisi suguhan makan santap bersama itu, suasananya tidak ubahnya perayaan hari-hari suci Hindu Dharma, di antaranya Galungan, saat dimana dharma menang atas adharma.

Jika pada Hari Galungan umat Hindu Dharma terbiasa mengolah masakan seperti lawar, urutan dan be balung, yakni daging dipadukan dengan ares (batang pohon pisang) maka umat Kristiani di Pulau Dewata pun melakukan hal yang sama pada Hari Natal 2011, Minggu.

Di Banjar Tuka, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, misalnya, umat Kristiani setempat melakukan olahan masakan tradisional khas Bali. Ketua Dewan Gereja Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka, Ketut Jack Mudastra, menyebutkan, kebiasaan mengolah masakan khas Bali pada Hari Natal tersebut sudah berlangsung turun-temurun.

Pada Hari Natal umat Kristiani menerima ucapan selamat dari warga sekitarnya yang beragama Hindu. Selesai bersilaturahmi, para tamu disuguhi makanan dengan menu masakan khas Bali. Masyarakat Tuka yang beragama Kristen, Hindu dan agama lainnya hidup berdampingan, rukun dan harmonis satu sama lain.

Dalam hidup keseharian mereka saling tolong menolong, termasuk dalam menggelar kegiatan (hajatan), baik pada tingkatan rumah tangga maupun di desa adat. Bahasa yang dipakai juga bahasa Bali karena memang sudah begitu "dari sononya".

"Kalau ada umat Hindu yang meninggal dan dilanjutnya upacara pengabenan, warga Kristiani wajib membantu kelancarannya," ujar Jack Mudastra.

Demikian pula untuk persiapan Natal dan kegiatan lainnya yang dilakukan umat Kristiani kali ini, sepenuhnya mendapat dukungan dan bantuan dari umat Hindu.

"Pendeknya segala sesuatu yang berlatar adat dan keagamaan kita kerjakan secara iklas dan bersama-sama," ucap Ketut Jack Mudastra.

Sementara itu umat Kristiani di Desa Bongan Kabupaten Tabanan, 21 km barat Denpasar setiap perayaan Natal mempunyai tradisi ngejot atau memberikan bingkisan makan berupa daging kepada tetangga yang beragama Hindu.

Tradisi ngejot menjelang hari raya Natal sudah dilakukan sejak lama, sebagai upaya memupuk keharmonisasi antarumat beragama. Meskipun berbeda agama, namun tetap bisa hidup berdampingan secara aman dan damai.

Hingga kini tradisi ngejot tetap dipertahankan warga Kristiani di Banjar Munduk, Desa Bongan. Selain itu, mereka memasang penjor di setiap depan rumah mereka.

Di Desa yang terletak sekitar satu kilometer arah selatan Kota Tabanan atau 21 km barat Denpasar itu, warganya melestarikan tradisi menjelang Natal serta meramaikannya dengan hiasan penjor layaknya umat Hindu saat merayakan Galungan. (ANT)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011