Jakarta (ANTARA News) - Hujan dan mendung meliputi berbagai kota di Indonesia pada Natal tahun ini, namun tidak mengganggu keceriaan perayaan kelahiran Juru Selamat umat Kristiani itu.

Hingga pukul 17.00 WIB perayaan natal di sejumlah kota besar di Tanah Air berlangsung aman seiring dengan ketatnya penjagaan dari polisi yang dipuji karena tampil tidak mencolok, sehingga tidak mengganggu kekhusukan  Natal.

Pastur Aurelius Pati Soge SVD yang memimpin Misa Natal di Gereja Katolik Santo Arnoldus, Batam, Kepulauan Riau, memuji polisi yang menjaga keamanan sekitar gereja dengan pakaian sipil.

"Saya mengapresiasi kepolisian yang tetap menjaga keamanan ibadah pada malam dan hari Natal tanpa terkesan memagari karena kali ini melakukannya antara lain dengan berpakaian sipil dan tanpa peralatan pendeteksi logam, sehingga lebih nyaman bagi umat," kata Aurelius.

Umat pernah mengalami hal tidak nyaman setelah ledakan bom di sejumlah gereja tahun 2000. Umat kristiani yang akan beribadah di gereja tersebut harus melalui pemeriksaan ketat, seperti penggeladahan tas dan pemeriksaan dengan pemindai logam.

"Syukurlah tensi ketegangan sekarang mereda. Umat lebih nyaman beribadah," kata pastur yang gerejanya menjadi tempat ibadah kalangan ekspatriat dari Filipina, India, Singapura, Korea selatan, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

Dari Jakarta sampai Binjai

Pengamanan ketat namun santun juga dilakukan polisi di sejumlah gereja di Jakarta, diantaranya terhadap Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat, Paulus, di Jalan Sunda Kelapa, Jakarta, dan Gereja Katolik Katedral, Jakarta.

Umat Kristiani menjadi merasa rasa aman dan nyaman beribadah.

"Yang saya rasakan, dengan adanya penjagaan dan pengamaan oleh bapak-bapak dan ibu-ibu polisi, ibadah Natal Pagi, terasa nyaman," katasalah seorang jemaat gereja HKBP Resort Serang, Sisi Manurung.

Penjagaan dan pengaman di sekitar gereja dilakukan tidak hanya untuk mengantisipasi teror, tapi juga menghindari kemungkinan tindakan kriminal biasa seperti pencopetan.

Di Binjai, Sumatera Utara, pengamanan gereja masih dilengkapi pemindai logam.

Kapolresta Binjai AKBP Musa Tampubolon di Binjai menyebutnya sebagai antisipasi masuknya barang berbahaya yang akan mengganggu misa Natal. Sedikitnya 550 personil dari Polres Binjai diterjunkan untuk menjaga gereja di wilayah tersebut.

"Selain itu dua jam sebelum misa Natal dilakukan, petugas juga sudah melakukan penyisiran gereja, memeriksa setiap jemaat yang datang. Kami berharap pengamanan yang ekstra ketat dari petugas kepolisian bisa menciptakan suasana yang kondusif saat perayaan natal dan tahun baru 2012," ujarnya.

Kepala Bagian Operasional Polresta Pekanbaru, Kompol Rommel Hutagalung mengakui pengamanan ekstra ketat terutama dilakukan di beberapa gereja yang dipandang rawan.

" Ada beberapa gereja besar yang diberikan pengaman khusus, yakni dengan mendirikan Pospam (pos pengamanan)," ujarnya.

Bukan pesta

Perayaan Natal yang relatif aman dan nyaman ini juga diimbangi pesan  menyejukkan dan membawa kedamaian.

Dalam pesan natalnya di gereja Katolik terbesar di Pangkalpinang, Romo Frans Mukin, mengajak umat Kristiani tidak merayakan Natal secara berlebihan demi menjaga solidaritas dan kerukunan umat beragama.

"Natal bukan pesta, melainkan bagian dari ibadah agama," ujarnya usai memimpin Misa Natal di Gereja Katolik Katedral St Yosep.

Ia kembali menegaskan bahwa Natal adalah merayakan kelahiran Yesus Kristus ke dunia, yang karena kasih Tuhan merelakan anak tunggalnya turun ke dunia, mengambil rupa sama seperti manusia , menebus dosa-dosa umatnya semua agar manusia tidak binasa, dan mendapat kehidupan yang kekal.

"Natal merupakan kabar gembira dan pemberian harapan bagi semua orang. Misa Natal ini merupakan kebaktian kepada sesama manusia dalam bentuk solidaritas, menjadi ungkapan kebersamaan untuk semua manusia, apa pun latar belakangnya," ujarnya.

Hal senada dikemukakan Uskup Agung Mgr Ignasius Suharyo dalam  misa di Katedral, Jakarta, Minggu yang  mengatakan bangsa yang terang dapat membangun kebudayaan hidup dan kasih yang melahirkan rasa kesetiakawanan.

Ia menilai banyak warga masyarakat saat ini hidup berkecukupan, namun tidak meyakini nilai hidup yang diperjuangkan, seperti kehormatan. Dalam pandangannya, sebagian besar masyarakat membiarkan keserakahan menguasai hidup, sehingga ketulusan dan kejujuran hilang.

"Hal itu menepis persaudaraan dan solidaritas," katanya.

Dia mengingatkanr masyarakat khususnya umat Kristiani untuk menjaga kehormatan dan martabat dengan membangun rasa kesetiakawanan.

Sementara itu para pendeta di jajaran Gereja Protestan Maluku (GPM) menyerukan jemaatnya agar memanfaatkan Natal tahun ini sebagai momentum mengintensifkan jalinan keharmonisan dengan umat beragama lain.

Hal itu, dinilainya penting karena merupakan wujud dari makna kelahiran Tuhan Yesus yang menghadirkan damai.

"Umat Kristiani bersama Islam maupun pemeluk agama lainnya yang dirajut budaya `Pela dan Gandong` saatnya mencerminkan damai itu dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana makna Natal dirayakan setiap 25 Desember," kata para pendeta di khotbah ibadah Natal di Ambon, Minggu.

"Firman dari Lukas 2: 1 - 7 mengarahkan jemaat untuk hidup peduli terhadap sesama, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu atau termarginalkan," ujar pendeta itu.

Pendeta GPM menekankan umat Kristiani untuk hidup menurut teladan Yesus dengan menghadirkan kedamaian setiap hari di mana saja dalam berinteraksi sosial sebagai wujud kehidupan orang bersaudara.

Pada kesempatan itu, Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu mengajak umat Kristiani di daerah ini unyuk memanfaatkan perayaan Natal sebagai momentum mewujudkan damai sebagai cerminan hidup "orang basudara".

"Sebagai sesama orang basudara kita harus mencerminkan damai sebagai budaya hidup orang basudara di Maluku," katanya.

R016*TIM/A011

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011