Jakarta (ANTARA News) -  Anggota DPR RI, Tjahjo Kumolo meminta agar produk impor yang digunakan DPR RI seperti meja, kursi dan perabotan lainnya untuk dibatalkan.

"Saya mengkritik keras lembaga saya yang sudah saya duduki selama hampir 25 tahun masa kerja. Jangan jadi lupa diri kepada produk bangsanya. Bongkar dan ganti produk import dengan produk buatan dalam negeri untuk seluruh perangkat di DPR RI kalau masih mau dikatakan DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat Indonesia," kata Tjahjo Kumolo di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat.

Pengadaan barang-barang impor di lingkungan DPR RI, sama artinya mengecilkan produk dalam negeri.

Harusnya, kata Tjahjo, Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR atau siapapun yang menyetujui atau punya ide menggunakan meja, kursi impor, sudah "keblinger" dan mengecilkan produk dalam negeri sendiri.

"Tak salah bila ada anggapan bahwa DPR RI telah mencederai hati rakyat Indonesia dengan menggunakan produk impor tersebut. Wajar kalau sudah dikatakan menyakitkan hati rakyat Indonesia. Harusnya lembaga DPR RI memberikan contoh untuk menggunakan produk dalam negeri," kata anggota Komisi I DPR RI itu.

Dikatakan, dirinya mendukung pimpinan DPR RI dan anggota DPR RI yang merasa terkejut atas renovasi ruangan kerja Badan Anggaran (Banggar).

"Atas ide siapa renovasi itu, harus diungkap. Meja kursi buatan Indonesia tidak kalah bagusnya, kok sampai hatinya DPR RI memakai pakai barang import," ungkap dia.

Ia juga meminta Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) untuk mengevaluasi Setjen DPR RI.

"Saya kira BURT DPR harus evaluasi tentang langkah Setjen DPR RI membangun ruang rerja Banggar tersebut dan memerintahkan ganti kursi dan perangkat impor yang ada. Jangan berdalih anggaran renovasi Rp20,3 miliar karena produk impor," kata dia.

Sekjen PDIP itu mengajak semua untuk mencintai produk dalam negeri.

"Disaat kita mulai membanggakan produk mobil nasional, eh malah DPR RI, lembaga yang saya cinta menggunakan produk impor untuk hanya soal kursi kerja," pungkas Tjahjo Kumolo. (Zul)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012