Hingga 2021, penurunan impor sektor ILMATE mencapai Rp21,74 triliun atau sebesar 25 persen
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian membidik penurunan impor sektor industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (ILMATE) mencapai Rp34,58 triliun hingga akhir 2022 dengan fokus menjalankan program substitusi impor sebesar 35 persen.

“Kemenperin menargetkan penurunan impor di sektor ILMATE sebesar Rp34,58 triliun hingga tahun 2022, dari total 115 Nomor HS atau komoditas,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal ILMATE Kemenperin M Arifin lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.

Arifin menyebutkan hingga 2021, penurunan impor sektor ILMATE mencapai Rp21,74 triliun atau sebesar 25 persen. Hal ini juga dipengaruhi oleh dampak pandemi COVID-19, yang menyebabkan turunnya aktivitas produksi.

"Pandemi COVID-19 memberikan tekanan yang cukup signifikan bagi dunia industri. Pada sektor ILMATE sendiri, utilisasi merosot menjadi 53 persen sepanjang tahun 2020,” ujarnya.

Namun, seiring berkurangnya kasus COVID-19 dan upaya pemulihan ekonomi nasional, utilisasi sektor industri sudah menembus 60 persen pada triwulan I tahun 2022.

"Sektor permesinan sendiri telah menembus rata-rata utilisasi sebesar 64 persen dan sektor alat transportasi telah mencapai angka utilisasi sebesar 60 persen. Kenaikan utilisasi produksi ini patut disambut gembira dan perlu terus dijaga sehingga target penumbuhan utilisasi pada tahun 2022 sebesar 85 persen dapat tercapai," papar Arifin.

Pada triwulan I 2022, realisasi investasi sektor ILMATE mencapai Rp50,8 triliun, yang didominasi oleh investasi baru di sektor industri logam dengan total sebesar Rp39,67 triliun.

Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong peningkatan investasi pada industri smelter dan baja nasional sehingga dapat menyubstitusi produk impor.

Selain itu, sektor industri alat transportasi juga mulai mengalami peningkatan investasi, dengan mencatatkan penanaman modal hingga mencapai Rp8,16 triliun di triwulan I 2022.

Hal itu menunjukkan kepercayaan investor di Indonesia masih cukup tinggi seiring dengan kebijakan pemerintah menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Arifin menegaskan, dalam memacu program substitusi impor 35 persen hingga tahun 2022, pihaknya telah melakukan beberapa langkah strategis yang meliputi peningkatan investasi dan utilisasi sektor industri manufaktur, tata niaga impor produk besi dan baja sebagai respons atas membanjirnya baja impor, serta pemberlakuan ketentuan impor pada beberapa elektronika yang telah diproduksi dalam negeri.

Selain itu, program pengendalian IMEI atas perangkat telekomunikasi berupa handphone, komputer genggam, dan tablet, pemberian insentif PPNBM bagi produk otomotif dan BMDTP industri sepeda sebagai langkah peningkatan daya saing industri, serta mendorong program peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) pada pengadaan barang dan jasa pemerintah/BUMN.

Baca juga: Kemenperin: Sektor ILMATE tumbuh 9,86 persen kuartal I 2022
Baca juga: Kemenperin sebut industri dalam negeri siap dukung penanganan bencana
Baca juga: Kemenperin pacu subtitusi impor sektor ILMATE


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022