Apapun alasannya, kami tidak mau desanya menjadi lokasi pembangunan PLTU. Berapapun ganti rugi tanah yang diberikan oleh investor PT Bhimasena akan kami tolak.
Batang, Jawa Tengah (ANTARA News) - Masyarakat dua desa di Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mengkhawatirkan pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang rencananya dibangun di Desa Karanggeneng akan menimbulkan dampak sosial terhadap warga setempat.

Anggota Badan Pengawas Desa Karanggeneng, Sujo, di Batang, Rabu, mengatakan, sebagian besar, warga Desa Karanggeneng dan Ujungnegoro bermata pencaharian sebagai petani padi dan tanaman melati.

Karena itu, katanya, jika proyek PLTU tersebut dibangun di Desa Karanggeneng maka akan menimbulkan dampak terhadap warga setempat akan kehilangan lahan pertaniannya dan kondisi lingkungan daerah sekitar makin panas.

"Proyek PLTU yang membutuhkan lahan sekitar 370 hektare itu, nantinya akan menggunakan lahan pertanian sehingga warga cemas akan kehilangan mata pencaharian. Karena itu, kami berharap pembangunan proyek PLTU dibatalkan dibangun di Desa Karanggeneng tetapi dialihkan ke lokasi daerah lain," katanya.

Tokoh masyarakat Desa Karanggeneng, Khumaidi, mengatakan, sedikitnya tiga ribu warga Desa Karanggeneng dan Ujungnegoro sepakat menolak proyek pembangunan PLTU dibangun di desa itu.

"Apapun alasannya, kami tidak mau desanya menjadi lokasi pembangunan PLTU. Berapapun ganti rugi tanah yang diberikan oleh investor PT Bhimasena akan kami tolak," katanya.

Ia mengatakan, untuk memprotes proyek pembangunan PLTU itu, Warga Desa Karanggeneng dan Ujungnegoro, Rabu siang menggelar istighatsah dan doa bersama di lapangan sepakbola desa setempat.

"Apapun resikonya, warga Desa Karanggeneng dan sekitarnya siap menghadapi semua resikonya karena kami tidak mau kehilangan lahan pertanian yang subur dan tanah lestari berubah menjadi bangunan PLTU,"katanya.

Kepala Humas PT Bhimasena, Susilo, mengatakan pembangunan proyek PLTU di Kabupaten Batang akan dilakukan melalui beberapa tahapan.

"Karena itu, segala masukan dan informasi dari masyarakat akan berharga, termasuk menekan pencemaran dan dampak sosial lainnya," katanya.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012