Banyak kenangan dan gairah yang ditinggalkan seniman dengan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film
Jakarta (ANTARA) - Lukisan mural wajah Benyamin Sueb di sepanjang tembok Jalan RE Martadinata, Tanjung Priok hingga Pademangan menyambut Jakarta Hajatan ke-495.

Wajah seniman Betawi itu ada yang menyeringai bahagia dengan latar dominan jingga.

Ada pula lukisannya yang tampak berwibawa dengan latar dominan hitam, dan tulisan Benyamin Sueb warna putih memakai huruf kapital semua.

Pengendara yang melintas sesekali menengok lukisan baru di kawasan itu. Rupanya juga menikmati wajah sang seniman dalam balutan mural tersebut.

Ada banyak hal yang kita bisa pelajari dari perjalanan hidup seniman legendaris ini, beberapa di antaranya adalah semangat berkontribusi, juga melestarikan tradisi dan budaya yang berharga untuk generasi yang akan datang.

Sampai sekarang pun kalau menonton kembali film-film yang dibintangi dari Benyamin, kita masih dapat menemukan hal baru baik lawakan, celetukan, ataupun tingkah laku.

Namun yang paling berkesan bagi putra ketiga Benyamin Sueb, Biem Triani, adalah "Babeh" sangat peduli terhadap pendidikan.

Baca juga: Google Doodle kenang Benyamin Sueb

Benyamin rela membanting-tulang demi anak-anaknya meraih pendidikan  setinggi-tingginya.  Dimanapun tempatnya  pasti diusahakan.

Hasilnya, Benyamin pun bisa menyekolahkan anaknya hingga ke luar negeri, di Denver, Colorado, Amerika Serikat.

Sebagai orang Betawi asli pemeluk Islam. Soal sekolah anaknya, Benyamin menyerahkan Biem sang anak mau di mana saja.

Biem sendiri bahkan juga pernah sekolah di Sekolah Katolik dan "Babeh" Benyamin Sueb enggak mempersoalkan.

Babeh hanya berpesan kepada Biem untuk belajar dengan giat, menjaga agama, dan shalat pun dijaga agar tepat waktu.

Menurut Biem, Benyamin cukup kuat agamanya. Termasuk soal makanan, yang haram tentu harus dihindari kalau sudah diberitahu itu haram.
Lukisan mural tokoh Betawi Benyamin Sueb di tembok Jalan RE Martadinata, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (16/6/2022) dinihari. ANTARA/ Abdu Faisal

Sekolahan

Sosok Benyamin merupakan gambaran Betawi yang berpendidikan atau Betawi "sekolahan". Babeh Benyamin juga visioner, karena seperti sudah memprediksi di masa depan persaingan global di Jakarta akan seketat apa.

Untuk itu, sosok yang lahir 83 tahun lalu atau tepatnya 5 Maret 1939 ini mempersiapkan sumber daya manusia Betawi untuk masa mendatang saat Jakarta menjadi kota harapan, kota ekonomi, kota budaya, dan menjadi pusatnya bagi semua orang.

Jakarta sekarang bukan seperti dulu, yang banyak kebon sehingga orang Jakarta mau membuat apa di sini misalnya, enggak terlalu susah. Dan juga tidak terlalu hiruk-pikuk.

Baca juga: Pemprov DKI Jakarta fokus angkat cagar budaya Taman Benyamin Sueb

Beda di Jakarta sekarang pembangunan semakin maju dan kontinuitas pembangunan kotanya pun terus dipertahankan. Anak Betawi yang semakin baik pendidikannya, tentu akan menjadikannya lebih siap tinggal di Ibu Kota.

Terlebih, pemerintahan di Jakarta juga selalu baik, khususnya bagi perkembangan budaya Betawi.

Di Setu Babakan juga telah dibuatkan Kampung Budaya Betawi, itu menurut Biem mampu melestarikan budaya masyarakat asli Jakarta tersebut

Di area Setu Babakan itu kini ada rumah adat Betawi, ada tempat pagelaran, ada tempat kuliner. Sehingga saat ke sana, Biem seperti kembali ke masa silam.

Begitu memasuki kawasan Setu Babakan masyarakat akan disuguhi bangunan-bangunan asli Betawi yang tentunya akan membawa kenangan mereka yang pernah lahir di Betawi.

Tak hanya itu pagelaran seni dan yang kerap diselenggarakan di kawasan itu membuat pengunjung merasa di perkampungan Betawi asli dan tentu betah beralam-lama menikmati keindahan alam serta ditemani panganan khas setempat.

Dia berharap, mudah-mudahan kelestarian budaya Betawi itu bisa terus dipertahankan lebih baik lagi nanti, siapa pun gubernur yang memimpin Jakarta ke depan.

Menurut Biem, tidak masalah walau dalam sejarah menyatakan budaya Betawi yang di kampung (tengah kota) maupun di pesisir (batas Marunda) itu berbeda.

Yang penting adalah komitmen melestarikan kebudayaan Betawi terus ada, karena itu saja sudah sangat berharga.

Babeh Benyamin Sueb sendiri lahir di Kampung Utan Panjang, Kemayoran, Jakarta. Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan utama di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.

Di Jakarta sendiri, pendukung klub sepakbola Persija kerap memajang wajah Benyamin Sueb di mana-mana.

Ternyata kegemaran Benyamin pada olah raga sepakbola itu amat mendalam. Posisi main favoritnya adalah sebagai penyerang atau striker.

Baca juga: Bamus Betawi segera operasikan gedung pemprov di Taman Benyamin Sueb

Babeh Ben sangat hobi bermain sepakbola bersama remaja di sekitar rumahnya, bahkan hingga beliau saat itu berusia 56 tahun, beberapa hari sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

Benyamin Sueb diketahui wafat pada 5 September 1995 karena serangan jantung, setelah sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Harapan Kita.

Namun semangat dan kecintaan Benyamin pada sepakbola itu kadung diturunkan kepada Biem. Kebetulan Biem saat ini juga mempunyai klub sepakbola, namanya Betawi FC. Ikon klubnya pun almarhum Babeh Benyamin Sueb.
Lukisan mural tokoh Betawi Benyamin Sueb di tembok Jalan RE Martadinata, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (16/6/2022) dinihari. ANTARA/ Abdu Faisal

Banyak kenangan

Jakarta Hajatan ke-495 kali ini adalah Hari Jadi Jakarta yang ke-27 tanpa sosok Benyamin Sueb. Diketahui pada HUT ke-469 pada tahun 1996, Jakarta baru satu tahun kehilangan ikonnya tersebut.

Banyak kenangan dan gairah yang ditinggalkan seniman dengan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film itu untuk Kota Kolaborasi ini.

Di Jalan RE Martadinata Jakarta Utara pun sudah ada gambar lukisan mural Benyamin Suaeb yang gede banget.

Lukisan mural itu membanggakan sekali buat keluarga almarhum dan membahagiakan Biem sebagai putranya.

Baca juga: Taman Budaya Benyamin Sueb resmi dibuka

Itu melengkapi kebahagiaan ketika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyematkan nama Benyamin Sueb sebagai nama jalan, taman, dan museum dan Pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Parama Dharma 2011 kepada seniman serba bisa asal Betawi Benyamin Sueb itu.

Tapi yang paling penting, Benyamin memberikan kita cerminan budaya Betawi yang mendapat pengakuan dan diterima masyarakat.

Semua karena gagasan Benyamin mampu menggebrak panggung hiburan, seni dan budaya di Indonesia dengan penuh makna. Gebrakan yang meski humoris, tapi sangat peduli terhadap kemajuan Betawi.

Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2022