Sampang (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Sampang Suyono menyatakan institusinya belum bisa bergerak cepat dalam menangani wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), karena kekurangan dokter hewan.

"Jumlah dokter hewan di Sampang ini hanya 18 orang dengan 23 mantri, sedangkan mereka harus melayani 180 desa di 14 kecamatan," katanya di Sampang, Kamis, menjelaskan penanganan wabah PMK di wilayah itu.

Sedangkan jumlah sapi milik warga dan peternak di Kabupaten Sampang sebanyak 217 ribu ekor lebih.

Kurangnya jumlah petugas dari dokter hewan dan mantri hewan di Sampang ini, kata Suyono, menyebabkan pelayanan hewan sakit di kalangan masyarakat kurang maksimal.

Baca juga: Disnak Bangkalan suntik 141 sapi sakit bergejala seperti PMK

Baca juga: Badan Karantina Pertanian Bangkalan tolak sapi Jawa masuk Madura


"Tapi, sepanjang ada laporan dari warga yang disertai alamat jelas, maka pasti akan tertangani," katanya menjelaskan.

Selama ini, rata-rata petugas menangani 20 sampai 30 sapi sakit bergejala seperti terserang wabah PMK.

Selain dokter dan mantri hewan, kendala lain yang dihadapi DPKP Pemkab Sampang dalam menangani sapi warga yang banyak sakit adalah anggaran.

Menurut Kepala DPKP Sampang Suyono, anggaran yang tersedia saat ini hanya sekitar Rp300 juta pada biaya tak terduga.

"Ini kami gunakan untuk membeli obat, tapi yang jelas tidak akan cukup mengingat sapi sakit milik warga saat ini hampir merasa di semua kecamatan," katanya.

Apalagi, kata dia, jumlah sapi terserang wabah PMK berdasarkan laporan petugas lapangan di masing-masing kecamatan, kini sudah mencapai 3 ribuan ekor lebih.

Karena itu, pihaknya mulai berkoordinasi dengan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) untuk mendapatkan obat.*

Baca juga: Cegah kuku mulut hewan ternak, Kota Madiun bentuk tim satgas

Baca juga: Gubernur Khofifah kawal langsung vaksinasi PMK di Jatim

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022